Selamat Datang Di Komunitas Pengembang Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
                       "TEORI SISTEM DUNIA"      

                                                                                                               

Oleh:

Diya Urrahman

Khairul Anam

 

 BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Teori Sistem Dunia berpandangan bahwa prospek dan kondisi pembangunan suatu negara secara mendasar dibentuk oleh proses ekonomi dan pola hubungan antar negara dalam skala dunia. Teori ini menekankan bahwa merupakan hal yang sia-sia untuk menganalisis atau membentuk pembangunan dengan memusatkan pada tingkat negara-negara secara individual dimana tiap-tiap negara berakar dalam sebuah sistem dunia. Teori ini muncul saat Perang Dingin, akibat dari konflik Uni Soviet dengan Amerika Serikat yang memunculkan imajinasi geopolitik baru. Dan menurut para pakar bahwa teori sistem dunia mulai berkembang abad ke-14 ketika perdagangan internasional mulai berkembang dan ketika Eropa berkembang ke dalam jaman penemuan dan penjajahan. Teori ini didasari oleh pandangan Marxisme yang mana teori ini menekankan pada kelompok, negara,imperialisme dan kendali atas alat-alat produksi dan tenaga kerja.  Namun teori sistem dunia tidak sependapat terkait teori developmentalisme dalam Marxisme yang berisi gagasan bahwa masyarakat secara bertahap bergerak dari paham feodalisme, kapitalisme dan sosialisme kepada paham komunisme yang dapat dianalisis dan ditransformasi secara individual dan terpisah dari sistem dunia.

            Untuk lebih jelasnya terkait dengan teori sistem dunia (world system theory) akan kami uraikan secara detail pada sub pembahasan BAB II PEMBAHASAN yang kami uraikan dengan bahasa sedehana mungkin.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Sejarah Lahirnya

2.      Warisan Pemikiran

3.      Teori Sistem Dunia Menurut Para Ahli:

4.      Karakteristik Teori Sistem Dunia

5.      Perpektif Depedensi dan Sistem Dunia

6.      Tipe-Tipe Sistem Dunia

 

C.    Tujuan Penulisan

1.      Untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah sosiologi pembangunan.

2.      Untuk menjadi bahan dasar kita dalam memahami teori sistem dunia.

3.      Untk menjadi tambahan ilmu khususnya dalam ilmu sosial

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Sejarah Lahirnya

Teori sistem dunia adalah lanjutan dari teori perkembangan ketergantungan. Yang lahir pada pertengahan tahun 1970-an setelah perdebatan dua perspektif pembangunan (modernisasi dan dependensi) yang saling bertentangan sudah tidak bersifat emosional dan kurang berbau ideologis. Padahal sebelumnya yaitu pada tahun 1960-an muncul kritikan tajam dari buku teori dependensi yang lahir sebagai akibat kegagalan pelaksanaan program-program modernisasi di Amerika Serikat. Kubu teori dependensi mengatakan bahwa teori modernisasi sebagai rasionalisasi dari imprealisme. Sementara ajaran dependensi akhirnya berkembang pesat di amerika serikat dari amerika latin bertepatan dengan sentiment anti perang di kalangan mahasiswa di kampus-kampus.[1]

            Teori sistem dunia kemudia muncul sebagai ajaran baru kelompok pemikir pembangunan yang dipelopori oleh imanuel wallerstein. Wallerstein menujuk banyak peristiwa sejarah di dalam tata ekonomi kapitalis dunia (TEKD) yang tidak dapat dijelaskan oleh kedua perspektif sebelumnya, khususnya oleh teori depedensi baik yang klasik maupun yang kontemporer.

Teori sistem dunia merupakan reaksi terhadap teori depedensi yang dianggap tidak bisa menjelaskan gejala pembagunan di negara dunia ketiga. Yang bisa dijelaskan hanyalah gejala terjadinya keterbelakangan.

Berikut akan kami uraikan beberapa analisis wallerstein  yang berkaitan dengan gejala pembangunan dan gejala terjadinya keterbelakangan yang mengacu pada beberapa negara. Yakni:

1.      Negara-negra asia timur (jepang, Taiwan, korea selatan, hongkong, singapur) terus mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kenyataan ini menjadikan sulit untuk menggambarkan apakah kemajuan ekonomi tersebut sebagai hasil imprealisme, pembangunan yang bergantung atau ketergantungan dinamis, karena negara industry asia timur tersebut mulai memberikan tantangan nyata terhadap kekuatan ekonomi AS.

2.      Adanya krisis di negara sosialis. Perpecahan RRC dan uni soviet, kegagalan revolusi kebudayaan, stagnansi ekonomi di negra-negara sosialis, keterbukaan negara sosialis pada investasi asing (yang bersifat kapitalistik) menyebabkan ilmuan meragukan kebijakan pemutusan hubungan dan pengisolasian negara dunia ketiga dengan TEKD sebagai model pembangunan yang tepat.

3.      Munculnya krisis di amerika serikat, perang Vietnam, embargo minyak tahun 1957, inflasi dan stagnansi ekonomi amerika serikat pada akhir tahun 1970-an, deficit anggaran belanja pemerintah, deficit neraca pembayaran yang makin melebar tahun 1980-an merupakan tanda robohnya hegemoni politik amerika serikat.[2] 

 

B.     Warisan Pemikiran

Menurut kaye, perspektif yang dirumuskan wallerstein ini lahir dengan cara menyerap dari dua tradisi pemikiran yang dahulu ada, yakni pola pikir pembangunan negara dunia ketiga  neo marxis (teori konflik) dan ajaran "annaless perancis".[3]

Wallerstein memulai karirnya sebagai ahli tentang afrika. Karya-karya awalnya mengkaji persoalan pembangunan negara-negara afrika setelah mereka memperoleh kemerdekaan. Oleh karena itu, tidak sulit untuk memahami, jika pada tahapan awal perumusan pemikiran teori sistem dunia, wallerstein banyak dipengaruhi oleh tradisi kajian pembangunan neo-marxis.  Sebagai contoh dalam perumusan pemikiran teorinya Wallerstein mengambil berbagai konsep yang dimiliki oleh teori depedensi, seperti konsep ketimpangan nilai tukar, eksploitasi negara pinggiran oleh negara senter, dan konsep pasar dunia Wallerstein juga mengambil beberapa prinsip dan pendirian pokok teori depedensi yang terlihat misalnya pada pembahasanya tentang bentuk "feodal" metode produksi dalam sejarah amerika. Metode produksi ini bukan merupakan kenyataann yang dari dulu ada dan tanpa kejelasan kapan mulai ada, tetapii merupakan produk dari keterkaitan kesejarahan amerika latin dengan neggara senter. Lebih dari itu, Wallerstein telah menggunakan konsep-konsep dari Frank, Dos Santos, Amin sebagai bagian yang tak terpisahkan dari sistem dunianya, atas dasar bahwa perspektif ini memang memiliki berbagai kritik  yang serupa terhadap teori modernisasi maupun perspektif mengembangkan neo-marxis.

Namun demikian pada tahapan berikkutnya, ketika Wallerstein telah mengembangkan perspektifnya sejarah lebih komprehensif, sepertinya terlihat bahwa penjelasan-penjelasannnya bergerak dan berbeda jauh dengan apa yang terjadi dibidang garapan dan keprihatinan teori depedensi maupun neo-marxis. Perubahan orientasi ini dapat dijelaskan dengan mengingat adanya pengaruh yang kuat ddari fernad braudel dan ajaran annals perancis dalam konsep-konsep yang dirumuskan oleh Wallerstein.[4]

 

C.    Teori Sistem Dunia Menurut Para Ahli:

Ada beberapa pandangan menurut beberapa ahli dalam merumuskan atau mendefiniskan teori sistem dunia, untuk lebih jelasnya mengenai beberapa pandangan tersebut akan  kami uraikan sebagaimana berikut:

1.      Immanuel Wallerstein 

Dia beranggapan bahwa dulu dunia dikusai oleh sistem-sistem kecil atau sistem mini dalam bentuk kerajaan atau bentuuk pemerintahan lainnya. Pada waktu itu belum ada siatem dunia. Masing-masing sistem mini tidak saling berhubungan. Dunia terdiri dari banyak sistem mini yang terpisah.[5]  Kemudian terjadi penggabungan-penggabungan, baik melalui penaklukan secara militer maupun secara sukarela.

Wallerstein kemudian membagi tiga kelompok negara menjadi tiga bagian yakni: pusat, pinggiran, semi pinggiran. Konsep ini jelas diambil dari teori depedensi perbedaan inti  kelompok. Jelas, yang paling kuat adalah negara-negara pusat karena kelompok ini bisa memanipulasi sistem dunia sampai batas-batas tertentu. Selanjutnya negara semi pinggiran mengambil keuntungan dari negara-negara pinggiran yang merupakan pihak yang dieksploitir. Negara semi pinggiran berada pada posisi di tengah-tengah antar negara pusat dan pinggiran (baik dalam pengertian barang yang dihasilkan, upah buruh maupun keuntungan yang diharapkan bila terjadi pertukaran perdagangan).

Selanjutnya menurut Wallerstein negara-negara bisa "naik atau turun kelas" misalnya dari negara pusat menjadi semi pinggiran  dan kemudian menjadi negara pinggiran, dan sebaliknya. Naik dan turunnya kelas negara ditentukan oleh dinamika sistem dunia. Pada sebelum perang dunia kedua, negara-negara eropa (inggris, belanda, perancis) merupakan negara pusat yang dominan dalam sistem dunia. Kemudian setelah perang dunia kedua muncul amerika amerika serikat sebagai negara terkuat setelah negara-negara eropa hancur dalam perang dunia kedua. Tetapi pada saat ini muncul jepang sebagai kekuatan yang menentang kelompok hegemonik amerika serikat. Jatuh dan bangunnya kekuatan negara-negara tersebut oleh Wallerstein dijelaskan melalui sebuah analisis sejarah dari dinamika sistem dunia.[6]

Selain itu, Wallerstein juga menjelaskan strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas, baik proses kenaikan kelas dari pniggiran ke semi pinggiran, dan proses kenaikan kelas dari semi pinggiran ke pusat. Untuk lebih jelasnya mengenai hal tersbut akan kami uraikan sebagaimana  berikut:

a.      Proses kenaikan kelas dari pniggiran ke semi pinggiran

menurut Wallerstein melalui kenaikan kelas dari pinggiran ke semi pinggiran dengan menggunakan tiga strategi. Yakni:

1)      Dengan merebut kesempatan yang datang.

2)      Melalui udangan

3)      Melalui kebijakan untuk memandirikan negaranya

b.    Proses kenaikan kelas dari semi ke semi pusat

Kunci utama terletak pada kemampuan negara semi pinggiran untuk menciptakan dan menyediakan luas pasar yang dipandang cukup besar (memperlusa pangsa pasar) untuk melegitimasi secara rasional penggunaan teknologi maju. Cara antara lain memperluas pasar domestik dengan jalan memperluas batas wilayah politik, missal mencaplok sebagian atau seluruh wilayah negara tetanganya juga dengan menaikkan harga impor, menurunkan biaya produksi barang dalam negeri, dengan cara mensubsidi atau menurunkan upah tenaga kerja, menaikkan daya beli riil masyarakat dan lain-lain. 

2.      James Petras

James Petras menyebutkan bahwa globalisasi adalah sebuah wacana yang dijadikan oleh aktor-aktor kapital global sebagai alat untuk memberikan payung bagi pergerakan dan penyebaran ideologi kapitlisme keseluruh penjuru dunia. Malui wacana globalisasi, ditumbuhkan mitos-mitos pembangunan, modernisasi dan industrialisasi. Disebarkan keyakinan bahwa globalisasi adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari karena timbul dari proses-proses alamiah.

Menurut Petras, cikal bakal rancangan global berpangkal pada sistem Bretton woods yang diberlakukan mulai tahun 1944, yang bertujuan untuk menciptakan tatanan dunia baru. Bank dunia, dan lembaga-lembaga keuangan internasional tidak hanya menjadi penyangga tatanan imperial global, melainkan sebagai "jaringan keuangan global".

Wacana globalisasi membangun mitos bahwa kapitalisme global akan mendorong tumbuhnya sistem politik yang demokratis, dimana sebuah negara yang menerapkan kapitalisme global akan melahirkan kelompok atau kelas menengah yang mampu secara ekonomi-politik menjembatani korespodensi antara penguasa dan rakyatnya.

Selain itu, teori sistem dunia menurut Petras masih bertolak dari teori depedensi, namun unit analisisnya dirubah dari negara-bangsa kepada sistem dunia, sejarah kapitalisme dunia. Serta spesifikasi sejarah lokal. Menurut teori sistem dunia, dunia ini cukup dipandang hanya sebagai satu sistem ekonomi saja, yaitu sistem ekonomi kapitalis. Teori ini  berkeyakinan bahwa tidak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. Wallerstein memandang kapitalisme sebagai suatu sistem dunia yang mempunyai pembagian kerja yang komplek secara geografis.

Pandangan teori sistem dunia yang menganggap dunia sebagai sebuah kesatuan sistem ekonomi kapitalis mengaharuskan negara pinggiran menjadi tergantung pada negara pusat. Transfer surplus dari negara pinggiran menuju negara pusat melalui pandangan dan ekspansi modal. Secara tidak langsung teori sistem dunia telah mendukung pernyataan Smith yang memusatkan perhatiannya pada tatanan kelas. Kenyataan yang terjadi dalam proses kapitalisme telah menimbulkan dampak berupa pertumbuhan ekonomi yang terjadi karena arus pertukaran barang dan jasa serta spesialisasi tenaga kerja. Kerangka pertukaran barang dan jasa serta spesialisasi tenaga kerja terwujud dalam bentuk peningkatan produktivitas yang lebih dikenal dengan konsep maksimal keuntungan dan kompetisi pasar.[7] 

 

D.    Karakteristik Teori Sistem Dunia

1.      Teori sistem dunia berasumsi bahwa kesenjangan antara negara maju dan negara terbelakang tidak berkurang. Kesenjangan telah meluas sejak awal kapitalisme dan akan meluas dimasa mendatang.

2.      Wallerstein tokoh utama teori sistem dunia mengajukan pendapat yang dikenal dengan tesis immiserasi mutlak, yaitu bahwa kesenjangan yang meluas ini bersifat mutlak dari pada reatif. dengan kata lain negara-negara terbelakang mengalami kemandekan atau hanya maju sedikit saja dan akan cenderung akan merosot.

3.      Teori sistem dunia lebih condong ke teori ketergantugan, negara-negara terbelakang sekarang adalah akibat dari dominasi kelompok kapitalis pusat yang berabad-abad. Hampir semua negara ini selalu kalah jauh dari pusat, tidak hanya relatif tetapi mutlak. Namun demikian ada sedikit negara yang bisa memperbaiki posisi mereka dalam ekonomi dunia dengan memanfaatkan kesempatan yang tepat pada saat terjadi perluasan perkembangan kapitalis.

4.      Perspektif sistem dunia memandang dalam dunia terdapat suatu sistem antae negara dari negara-negara dan bangsa yang bersaing dan bertentangan yang terjalin dengan sangat dalam dengan ekonomi dunia kapitalis.

 

E.     Perpektif Depedensi dan Sistem Dunia

Pada awal perumusannya, perspektif sistem dunia banyak mengambil dan menggunkan konsep dan kategori teoritis yang dikembangkan oleh teori depedensi, dan oleh karena itu tidak jarang ilmuan sosial memberlakukan kedua perspektif tersebut secara tidak berbeda. Namun demikian,  ketika telah terjadi  perkembangan lebih jauh dari perspektif sistem dunia, mulai tampak perbedaan yang ada di antara kedua perspektif pembangunan tersebut.

Pertama Unit analisa yang digunakan dalam perspektif sistem dunia ialah sistem dunia itu sendiri. Tidak seperti teori depedensi yang memfokuskan analisanya pada tingkat nasional. Perspektif sistem dunia menganjurkan dengan tegas, bahwa dunia ini haruslah dijadikan unit analisa dalam ilmu sosial. Wallerstein berpendapat, bahwa setiap penjelasan sejarah harus beranjak dari sudut padang sistem dunia, dan oleh karena itu setiap peristiwa sejarah hendaknya dijelaskan dengan menganalisa akibat-akibatnya bagi sistem dunia secara total dan juga bagian-bagiannya. Dengan kata lain, dianjurkan untuk melakukan analisa sejarah sosial secara holistik dengan mencakup periode waktu yang panjang dari wilayah geografis yang luas.

Jadi demikian halnya, perspektif sistem dunia telah membantu untuk membukakan pintu-pintu untuk memasuki arena persoalan baru, atau paling tidak menyediakan jendela untuk meneropong dengan kaca baru untuk menguji persoalan lama yang selama ini telah dikenali. Dalam hal ini, bahwa "ketika kita menganggap dan menggunakan unit analisa sistem dunia dan bukan negara, atau bangsa, atau masyarakat, maka akan  terjadi perbedaan yang signifikan dari setiap hasil analisa yang kita lakukan. Secara khusus, kita akan memindahkan perhatian dari persoalan pencirian karakteristik hubungan rasional antara negara. Kita tidak lagi melihat kelas dan status sebagai bentuk pengelompokan dalam satu negara, tetapi memandangnya sebagai bentuk pelapisan dalam sistem ekonomi dunia"[8]  

kedua Dengan dipengaruhi oleh metode pengkajian sejarah dari perancis, wallerstein selalu berusaha melihat, bahwa kenyataan sosial selalu berada terus-menerus dalam proses perubahan. Dalam hal ini, ia menjelaskan bahwa "kita berusaha untuk memahami realitas yang selalu berubah dengan istilah dan rumusan kita. Oleh karena itu, ada kecendrungan untuk lupa, bahwa ketika kita mampu menangkapnya, realitas tersebut telah berubah".  Untuk mengatasi persoalan ini, Wallersteins menyarankan agar kajian ilmu-ilmu sosial dilakukan berdasarkan atas "analisa jangka panjang dan dalam ruang yang luas, yang di dalamnya konsep yang dirumuskan akan memiliki makna. Rentang ruang dan waktu yang demikian diharapkan dapat memberikan klaim intergritas dan otonomi relative atas ruang dan waktu"

Tidak seperti teori depedensi yang memfokuskan pada masa jaya dan bangkrutnya suatu negara, perspektif sistem dunia mempelajari dinamika sejarah sistem ekonomi dunia. Untuk hal ini, Wallerstein  berpenndapat bahwa sistem ekonomi kapitalis dunia ini berkembang melalui kecenderungan sekulernya yang meliputi proses pencaplokan, komersialisasi agrarian, industrialisasi, dan proletarialisasi. Bersama dengan ini sistem dunia juga memiliki apa yang disebut dengan irama perputaran, yakni irama ekspansi dan stagnasi yang terjadi akibat ketidak seimbangan permintaan dan penawaran barang dunia.

Ketiga Berbeda dengan apa yang dimilki oleh teori depedensi, perspektif sistem ekonomi dunia memiliki satu struktur teori yang unik. Perspektif ini tidak menggambarkan dunia secara teramat sederhana dengan model dwikutub, meinkan menjelaskannya dengan model tri-kutub, yakni sentral, semi pinggiran, dan pinggiran.

Perumusan konsep semi semi-pinggiran ini merupakan satu penemuan  teoritis yang radikal, karena akan membantu dalam memahami dan menguji kompleksitas dunia. Model tiga pelapisan ini memberikan kesempatan kepada Wallerstein dan juga peneliti lain yang mengikutinya untuk menjelaskan secara lebih sistematik kemungkinan terjadinya perubahan posisi menaik (mobilitas menuju semi pinggiran atau sentral) dan sekaligus perubahan posisi menurun  (dari sentral ke semi-pinggiran atau dari semi-pinggiran ke pinggiran). Dengan adanya lapisan menengah ini menjadikan perspektif sistem dunia mampu mengamati dan mempelajari perubahan posisi yang terus menerus dari setiap negara dalam kaitannya dengan kontradiksi dan krisis yang selalu terjadi dalam sistem ekonomi kapitalis dunia.

Keempat Dalam hal arah dan masa depan pembangunan, model tiga lapisa Wallerstein ini secara sadar menjadikan perspektifnya selamat dari tuduhan model deterministic dan kaku. Seperti yang pernah dialami oleh teori depedensi, yang mengatakan, bahwa negara pinggiran akan selalu berada dalam posisi terbelakang atau paling tinggi berada pada situasi pembangunan yang bergantung. Dengan konsep negara semi pinggiran, perspektif sistem dunia tidak lagi membutuhkan satu penjelasan yang rumit dan berbelit, atau meninggalkan tanpa penjelasan apa yang disebut dengan pembangunan yang independen dan otonom dari negara pinggiran. Bahkan perspektif ini menjadikan peneliti untuk tidak akan lupa menanyakan persoalan-persoalan tersebut, seperti misalnya mengapa negara-negara di Asia Timur mampu meninggalkan status pinggirannya di akhir abad ke-20 ini.

Terakhir Tidak seperti teori depensi yang sepenuhya memfokuskan kajiannya pada negara pinggiran, perspektif sistem dunia memiliki arena kajian yang lebih luas. Perspektif ini tidak hanya mempelajari negara-negara terbelakang, tetapi juga negara maju, negara sosialis, dan juga memberikan perhatian pada perkembangan lebih jauh (kecendrungan sekuler dan irama perputaran) serta kemungkinan disintegrasi dan kehancuran sistem ekonomi kapitalis dunia ini.  Untuk lebih jelasnya perbandingan antara kedua kedua perspektif pembangunan ini dapat kita lihat pada table berikut:

 

PERBANDINGAN ANTARA TEORI DEPEDENSI DAN PERSPEKTIF SISTEM DUNIA

Elemen Perbandingan

Teori Depedensi

Perspektif Sistem Dunia

Unit analisa

Negara-negara

Sistem dunia

Metode kajian

Historis-struktural Masa jaya dan surut Negara-bangsa

Dinamika sejarah sisten dunia: kecendrungan sekuler dan irama perpustakaan (siklus)

Struktur teori

Dwi-kutub: sentral dan pinggiran

Tri-kutub: sentaral, semi pinggiran dan pinggiran

Arah pembangunan

Deterministik ketergantungan selalu merugikan

Kemungkinan mobilitas naik dan turun

Arena kajian

Negara pinggiran

Negara pinggiran, semi pinggiran, sentral, dan sistem dunia

Sumber: Dr. Murodi, Wati Nilamsari,M.Si.  Buku Ajar Sosiologi Pembangunan. Ciputat, 2007, hal_91


F.     Tipe-Tipe Sistem Dunia

Ada dua tipe sistem dunia yang kami kutip dari "sosiologi; the key concepts " yakni: otoritas dunia (World Empiris) dan ekonomi dunia (World Economic) yang akan kami uraikan sebagaimana berikut:

1.      Otoritas Dunia (World Empiris)

peradaban cina, mesir, dan romawi kuno, merupakan otoritas dunia. Jenis sistem dunia ini diselenggarakan bersamaan dengan satu  pusat kekuasaan yang mengontrol distribusi sumber-sumber dunia. Jenis sistem dunia ini diselenggarakan bersamaan dengan satu  pusat kekuasaan yang mengontrol distribusi sumber-sumber dunia.  

2.      Ekonomi Dunia (World Economic)

ekonomi dunia,  sebaliknya, memiliki pusat kekuasaan yang beragam dan terintegrasi secara ekonomis oleh hubungan pasar. Ekonomi dunia muncul bersamaan dengan berkembangnya kapitalisme di eropa abad ke-16. Semenjak kemunduran romawi, tidak ada lagi otoritas dunia yang muncul di eropa, yang kala itu telah terpisah-pisah oleh negara-negara bangsa yang saling berkompetisi.[9]  Memasuki abad ke-16. Semenjak kemunduran romawi, tidak ada lagi otoritas dunia yang muncul di eropa, yang kala itu telah terpisah-pisah oleh negara-negara bangsa yang saling berkompetisi. Memasuki abad ke-16, para pedagang kapitalis dari barat laut eropa menciptakan jaringan hubungan yang menyebar antar negara-negara tersebut dan kemudian menyebar hampir keseluruh dunia. Tepat pada saat itulah untuk  pertama kalinya otoritas antar benua dari eropa ini berkembang. Namun menurut terminologi wallerstein, itu bukanlah otoritas dunia karena bukan unit yang mampu mencukupi diri sendiri.[10]

 

G.    Metodelogi

Bagi Wallerstain, perspektif system dunia bukan merupakan teori, tetapi sebuah proses melawan kecendrungan terbentuknya struktur pemahaman dan pengkajian ilmu sosial sejak dari lahirnya pada pertengahan abad ke 19.

1.       Pembagian Disiplin dalam Ilmu Sosial.

Pembagian disiplin ini meliputi Antropologi, ilmu politik, sosiologi, ekonomi, geografi, psikologi, dan sejarah.

2.       Sejarah dan Ilmu Sosial

Menurut pemahaman tradisional sejarah diartikan sebagai ilmu untuk menjelaskan suatu peristiwa yang benar-benar terjadi dimasa lampau.

3.       Masyarakat Atau Sistem Sejarah

Kajian ilmu sosial tradisional menganggap bahwa manusia akan selalu terorganisir dalam suatu kesatuan yang disebut masyarakat yang didalamnya terdiri dariberbagai kerangka kerja yang di dalamnya manusia hidup dalam kehidupannya.

4.       Batasan Kapitalisme.

Ilmu sosial memberikan batasan tentang kapitalisme sebagai system yang mendasarkan diri pada persaingan bebas, persaingan antara produsen bebas, untuk menggunakan tenaga kerja dan juga tidak terikat untuk menghasilkan produk yang dikehendaki. Bebas dengan kata lain mengandung pengertian ada dan tersedianya penjualan dan pembelian di pasar.

5.       Tentang Gerak Maju

Ilmu sosial tradisional memperlakukan sejarah manusia sebagai suatu gerakan maju dan sebagai suatu perubahan yang tidakmungkin dihindari. Namun demikian Warllerstein berkeinginan untuk menghilangkan anggapan bahwa gerak maju sebagai lintasan yang pasti dilalui dan dicapai, dan memperlakukan sejarah sejarah manusia memiliki baerbagai kemungkinan.[11]

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dalam rangka memikirkan ulang dan menganalisa persoalan-persoalan kritis yang muncul dalam tata ekonomi dunia Wallerstein mengembangkan teori perspektif pembangunan baru, yang mereka sebut sebagai teori system dunia (The world system perspective, atau dapat disebut sebagai system ekonomi kapitalis dunia ( the world kapitalist-economist school)  yang mana dalam Mewujudnya ajaran ekonomi dunia ini tidak lepas dari peran Pusat Fernand Braudel pada Universitas Negeri New York yang secara khusus memberikan pada kajian ekonomi, sejarah, dan peradaban.

Selain itu, teori sistem dunia menurut hemat penyusun sebagai pelengkap dari teori-teori sebelumya (modernisai dan depedensi) karena pada teori sistem duni semua permasalahan yang ada ditengah masyarakat lebih komplek yang sejalur dengan titik pemecahan masalah yang terjadi ditengah masyarakat pada khususnya.

 

B.     Saran

Kami sadari dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan yang harus sempurnakan. Maka dari itu, kami selaku tim penyusun mohon kritik dan saran yang konstruktif dari ibu dosen selaku pengampu matakuliah sosiologi pembangunan dan para pembaca yang budiman demi perbaikan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah sederhana ini bisa memberikan pengetahuan baru, sehingga kita bisa menatap cakrawala masa depan yang penuh keyakinan dan keberkahan.

Amien-amien ya robbal alamin. 

  

DAFTAR PUSTAKA

-        Budiman Arif, Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta, Gramedia, 2000.

-        Nilamsari Wati, Murodi,  Buku Ajar Sosiologi Pembangunan. Ciputat, 2007.

-        Scott John, Sosiologi; The Key Concepts. Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2011.

-        Y.SO Alvin, Suwarsono, Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta, LP3ES, 2013.

 

 



[1] Dr. Murodi, Wati Nilamsari, M.si, Buku Ajar Sosiologi Pembangunan. Ciputat, 2007, hal_80-81

[2] ibid.hal_82

[3] Suwarsono, Alvin Y.SO, Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta, LP3ES, 2013, hal_168

[4] ibid.hal_169

[5] Arif Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta, Gramedia, 2000, hal_106

[6] Dr. Murodi, Wati Nilamsari, M.si, Ob.Cit. hal_84

[7] Dr. Murodi, Wati Nilamsari, M.si, Ob.Cit. hal_86-88

[8] Suwarsono, Alvin Y.SO, Ob.Cit.hal_187

[9] John Scott, Sosiologi; The Key Concepts. Jakarta, PT.Rajagrafindo Persada, 2011, hal_308

[10] ibid.hal_309

[11] Suwarsono, Alvin Y.SO, Ob.Cit.hal_170-177

ZUYIN ARWANI
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN RIJAL DAKWAH
Rijal dakwah secara etimologi  diambil dari Bahasa arab  رجال dan الدعوةرجالartinya adalah seseorang laki-laki, tokoh, orang ahli, pemimpin. Sedangkan الدعوةmemiliki arti mengajak, memanggil, menyeru. Secara terminologyالدعوةرجال adalah istilah seseorang yang ahli atau tokoh yang dapat mengajak manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku agar kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan Hadits.
Istilah rijal Ad-Dakwah biasanya condong kepada para juru dakwah yang mana mereka berkompetensi dalam menjalankan dakwahnya.Secara garis besar Rijalad-Dakwahmengandung dua pengertian:
1.      Secara umum
Adalah setiap muslim atau muslimat yang berdakwah sebagai suatu kewajiban yang melekat dan tidak dapat terpisahkan dari misinya sebagai penganut islam, sesuai dengan perintah “Ballighu ‘anni walaw ayat”
2.      Secara khusus
Adalah mereka mengambil keahlian khusus (mutakhashish- spesialis) dalam bidang dakwah islam, dengan kesungguhan luar biasa dan dengan Qudwah Hasanah.[1]
Setiap orang yang menjalankan aktivitas dakwah, hendaklah memiliki kepribadian yang  yang baik sebagai seorang da’I. hal ini karena seorang da’i adalah figur yang dicontohkan dalam segala tingkah laku dan gerakannya. Oleh karenanya, ia hendaklah menjadiuswatun hasanah bagi masyarakatnya.[2]
B.     Tugas dan Fungsi Rijal Ad-Dakwah
Pada dasarnya tugas pokok seorang da’I adalah meneruskan tugas nabi Muhammad Saw, yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
Lebih tegas lagi bahwa tugas da’I adalah merealisasikan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah ditengah masyrakat sehingga Al-Qur’an dan Sunnah dijadikan sebagai pedoman dan penuntun hidupnya. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada ajaran-ajaran luar Al-Qur’an dan Sunnah, menghindarkan masyarakat berpedoman pada ajaran-ajaran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran yang tidak dibenarkan oleh Al-Qur’an dan Hadits
Keberdaan da’I dalam masyarkat luas mempunyai fungsi yang cukup menentukan. Fungsi da’i adalah sebagai berikut:
1.      Meluruskan akidah
Sudah menjadi naluri manusia bahwa manusia selalu tidak terlepas dari kesalahan dan kekeliruan yang tidak terkecuali terhadap keyakinan dan akidahnya. Banyak terjadi kepada orang muslim, tetapi karena suatu hal keyakinannya berubah dan bergeser  hal tersebut disebabkan adanya faktor luar yang mempengaruhi. Sebagai contoh “seorang muslim yang imannya masih lemah di hadapkan kepada persoalan yang berat dan rumit yang seakan tidak dapat terselesaikan permasalahan tersebut dengan kemampuan akal pikirannya, kemudian terketuk hatinya untuk mencari “orang tua” yang dianggapnya mampu memberikan bantuan-bantuan, jampi-jampi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya”.
Karena kepercayaan terhadap orang tua itulah ia kemudian tidak peduli melaksanakan upaya-upaya tahayul dankhurafat karena mengikuti kemauan orang tua yang sedang dipercayai. Upaya tersebut telah merusak akidah dan keimannya.[3]
Dalam menghadapi masyarakat yang seperti itu, keberadaan da’I berfungsi meluruskan kembali anggota masyarakat yang kedapatan mulai melakukan praktik-paraktik syirik untuk kembali kepada jalan yang diridhoi oleh Allah Swt, sehingga mereka pun berkeyakinan bahwa hanya Allah-lah Dzat yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa, tidak ada sesuatu kekuatan pun yang mampu menandingi kekuatan dan kekuasan Allah.
2.      Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar
Kehadiran manusia di muka bumi tidak lain adalah untuk beribadah mengabdi kepada Allah. Yaitu melaksanakan sesuatu aktifitas dalam rangka melaksanakan hubungan langsung dengan Allah.[4]
Hal yang semacam ini pulalah da’I berfungsi memotivasi untuk bisa beribadah dengan benar dan baik sehingga muncul suatu kesadaran untuk selalu belajar sekaligus mengamalkan apa yang dipelajarinya.
3.      Menegakan amar ma’ruf nahi mungkar
Betapa luhurnya konsep islam yang menganjurkan umatnya untuk saling mengingatkan berbuat baikdan meninggalkan yang tidak baik. Landasan persaudaraan harus selalu dipelihara dan dibina sehingga umat islam semuanya terbina menjadi umat yang mulia dan erat tali persaudaraan.
Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 10:
إنما المؤمنون اخوة فأصلحوا بين اخويكم . واتقوالله لعلكم ترحمون
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah Antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”(Qs. Al-Hujurat (49): 10) 
      Begitu pun islam tidak menghendaki seorang membiarkan orang islam terperosok dalam kemungkaran.
Sabda Nabi Muhammad Saw:
من رأى منكم منكرا فليغير بيده فاءن لم يستطع فبلسانه فاءن لم يستطع فبقلبه وذالك أضعف الايمان
Artinya :
Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lidahnya dan jika ia tidak mampu juga maka dengan hati, itulah selemah-lemahnya iman”(HR.Muslim)
4.      Menolak kebudayaan yang desduktrif
Mobilitas masyarakat yang dipacu oleh pesatnya ilmu dan teknologi sering membawa pengaruh yang tidak diinginkan.
Dampak negative karena perubahan sosial akibat mobilitas yang tidak terkendali sering menyebabkan terjadinya gejolak-gejolak sosial. Yang paling berbahaya adalah jika perubahan itu mampu menggeser moral masyarakat menjadi tidak terkendali sehingga masyarakat tidak lagi mengindahkan nilai-nilai moral yang luhur, tetapi ia lebih cenderung pada niali-nilai yang datang belakangan walaupun belum jelas kebenaran dan keluhurannya. Mereka anggap bahwa yang baru itu lebih baik dan lebih modern, padahal terkadang justru sebaliknya.
Didalam menghadapi perubahan-perubahan yang kompleks tersebut seorang da’I harus pandai-pandai menganalisa dan memberikan alternatif pemecahannya terhadap masyarakat, sehingga masyarakat tidak lagi dibingungkan oleh adanya perubahan-perubahan. Masyarakat akan tetap dalam pendiriannya bahwa yang benar adalah benar dan yang salah tetap salah.
C.     Sifat-Sifat Rijal ad-Dakwah
Kalau meminjam istilah komunikasi, da’I dapat dikategorikan sebagai komunikator yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan informasi dari sumber (source) melalui saluran yang sesuai (channel) pada komunikan (receiver).Untuk menjadi komunikaor yang baik dituntut adanya kredibilitas yang tinggi, yaitu sesuatu tingkat kepercayaan yang tinggi padanya komunikan sesuai yang diinginkan.
Di samping itu, agar seorang da’I dengan mudah mengkomunikasikan pesan-pesannya kepada komunikan, diperlukan pribadi yang cerdas, peka terhadap masyarkat, percaya pada dirinya, stabil emosinya, bersemangat tinggi, penuh inisatif, tegas, kreatif, serta berbudi luhur.
Keberadaan da’I ditengah masyarakat tidak dapat dipisahkan bahwa dirinya adalah sebagai agent of change (agen pembaharu) yang berarti ia harus inovatif, dinamis serta kreatif. Ia harus selalu mencari ide-ide baru dan mengembangkannya sehingga terwujud suatu masyarakat yang lebih maju ketimbang hari-hari sebelumnya. Ia juga sebagai key people (manusia penentu) yang berarti ia harus tanggap, tegas dan bijaksana dalam memutuskan sesuatu.
Sifat-sifat seorang da’I Antara lain:
1.      Da’I harus beriman dan bertaqwa kepada Allah
2. Da’I harus ikhlas dalam menjalankan dakwah, dan tidak mengedepankan kepentingan pribadi
3.      Da’I harus ramah dan penuh pengertian
4.      Da’I harus tawadhu atau rendah hati
5.      Dai’I harus sederhana dan jujur dalam tindakannya
6.      Da’I harus tidak memiliki sifat egoisme
7.      Da’I harus memiliki semangat tinggi dalam tugasnya
8.      Da’I harus sabar dan tawakal dalam melaksanakan tugas dakwah
9.      Da’I harus memiliki jiwa toleransi yang tinggi
10.  Da’I harus memiliki sifat terbuka atau demokratis
11.  Da’I tidak memiliki penyakit iri dan dengki[5]
D.    CARA RIJAL DAKWAH MENYAMPAIKAN PIDATO
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan informasi melalui pidato, yaitu harus memprihatikan siapa audiens atau pendengar yang akan menerima pesan-pesan pidato. Dengan demikian, materi pun harus disesuaikan dengan pendengarnya.
Dalam hal ini Nabi Muhammad Saw bersabda:
Bicaralah dengan manusia sesuai dengar kadar kemampuan daya pikirnya”.
Di samping harus memperhatikan lawan bicaranya, hal ini yang perlu diperhatikan adalah kesiapan baik fisik maupun mental yang akan berbicara. Sebab dengan kesiapan yang matang, pidato yang akan disampaikan akan menjadi lebih bermakna.
Dalam mempersiapkan pidato, hal-hal berikut harus diperhatikan:
1.      Menentukan tujuan pidato
2.      Memilih topik atau pokok pembicaraan
3.      Menganalisis atau memperhatikan pendengar
4.      Mepersiapkan bahan atau materi pidato
5.      Membuat kerangka atau out line pidato
6.      Menguraikan secara mendetail
7.      Latihan pidato dengan mantab
8.      Berpenampilan menarik dan sopan
Dalam menyampaikan materi pidato, agar apa yang disampaikan mendapat perhatian masyarakat (human interest), dan materi atau penyampaiannya pun harus aktual.
Materi atau isi pidato yang baik, sebagai berikut:
a.       Pendahuluan
b.      Isi pidato
c.       Penutup 
Cicero menyatakan bahwa sesuatu pidato yang baik harus mengandung hal-hal berikut:
1.      Pendahuluan (exordium)
2.      Pemaparan (narratio)
3.      Pembuktian (comfirmatio)
4.      Pertimbangan (reputatio)
5.      Penutup (peroratio)
Dalam retorika, dikenal pula adanya lagam berpidato yang merupakan bentuk atau pola berpidato, dalam hal ini dapat disebutkan sebagai berikut:
a.       Lagam khutbah
Lagam khutbah,Yaitu gaya pidato yang disampaikan sebagaimana orang berkhutbah dan intonasi yakni ketepatan tinggi rendahnya suara.
b.      Lagam sentimentil
Lagam sentimental, yaitu gaya pidato yang dapat membangkitkan emosi pendegar karena tersugesti. Lagam ini sangat efektif disampaikan dalam suatu siding, rapat-rapat akbar atau rapat yang memerlukan pembangkitan emosi jiwa.
c.       Lagam agitator
Lagam agigator, yaitu gaya pidato yang agitasi dan menggebu-gebu penuh semangat. Lagam ini disampaikan pada rapat-rapat yang bersifat politik dengan agresif, seperti kampanye.
d.      Lagam theatral
Lagam theatral, yaitu gaya pidato yang menyerupai lagam bermain sandiwara, seperti menyampaikan puisi.
e.       Lagam didaktik
Lagam didaktik, yaitu gaya pidato yang disampaikan seperti memberikan penerangan atau pelajaran. Lagam ini sesuai untuk memberikan pelajaran atau kuliah.[6]
  
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Istilah rijal Ad-Dakwah biasanya condong kepada para juru dakwah yang mana mereka berkompetensi dalam menjalankan dakwahnya. Secara garis besar Rijalad-Dakwahmengandung dua pengertian:
1.      Secara umum
Adalah setiap muslim atau muslimat yang berdakwah sebagai suatu kewajiban yang melekat dan tidak dapat terpisahkan dari misinya sebagai penganut islam, sesuai dengan perintah “Ballighu ‘anni walaw ayat”
2.      Secara khusus
Adalah mereka mengambil keahlian khusus (mutakhashish- spesialis) dalam bidang dakwah islam, dengan kesungguhan luar biasa dan dengan Qudwah Hasanah
Keberdaan da’I dalam masyarkat luas mempunyai fungsi yang cukup menentukan. Fungsi da’i adalah sebagai berikut:
1.      Meluruskan akidah
2.      Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar
3.      Menegakan amar ma’ruf nahi mungkar
4.      Menolak kebudayaan yang desduktrif
Keberadaan da’I ditengah masyarakat tidak dapat dipisahkan bahwa dirinya adalah sebagai agent of change (agen pembaharu) yang berarti ia harus inovatif, dinamis serta kreatif. Ia harus selalu mencari ide-ide baru dan mengembangkannya sehingga terwujud suatu masyarakat yang lebih maju ketimbang hari-hari sebelumnya. Ia juga sebagai key people (manusia penentu) yang berarti ia harus tanggap, tegas dan bijaksana dalam memutuskan sesuatu
DAFTAR PUSTAKA
Siti Muriah, Dra.2000. Methodelogi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Samith Athif Az-Zain,1998. Shifatud Dai’yah wa Kaifiyati Hamlid Da’wah,(Sifat dan Karekteristik Para Da’I), Bandung:Husaini.
Slamet Muhaimin Abda, 1994,Prinsip-Prinsip Methode Dakwah, Surabaya:Al-Ikhlas.
Syekh Musthofa Mansyur, 1994, Thatiqah Ad-Dakwah (JalanDakwah), Jakarta:Pustaka Ihsan.
Syamsul Munir Amin, Drs, M.A, 2009. Ilmu Dakwah,Jakarta:Amzah.

[1]Dra. Siti Muriah, Methodelogi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka,2000, hal.27
[2] Dr. Samith Athif Az-Zain, Sifat dan Karekteristik Para Da’I, Bandung:Husaini, 1998.
[3] Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Methode Dakwah, Surabaya:Al-Ikhlas, 1994, hal:60
[4] Ibid, hal.63
[5] Secara lebih rinci dapat dibaca dalam Syekh Musthofa Mansyur, Thatiqah Ad-Dakwah (JalanDakwah), Jakarta:Pustaka Ihsan,1994, hal.25-29
[6] Drs. Syamsul Munir Amin,M.A, Ilmu Dakwah,Jakarta:Amzah, 2009.hlm 174

comdev

comdev
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 KOMPILASI MAKALAH PMI UIN JAKARTA All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes