Selamat Datang Di Komunitas Pengembang Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah

Oleh:

Arianne Sarah

Syachul Hamdi

Muhammad Firdaos

 

A.    Pengertian Dakwah

Ditinjau menurut bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a - yad’u - da'watan yang artinya mengajak, menyeru, memanggil. Kata dakwah tersebut merupakan isim masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai “ajakan kepada Islam. Kata da’a dalam Al-Quran terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata da'watan  terulang sebanyak 4 kali.

Kata da’a pertama kali dipakai dalam Al-Quran dengan arti mengadu (meminta pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh As. Kata ini berarti memohon pertolongan kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia (dalam arti umum). Setelah itu, kata da’a berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum Muslimin.

Kemudian kata yad’u, pertama kali dipakai dalam Al-Quran dengan arti mengajak ke neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yad’u dipakai bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik.

Sedangkan kata dakwah atau da’watan sendiri, pertama kali digunakan dalam Al-Quran dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan kepada obyeknya. Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fi’il (da’akum) dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata itu berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia menjanjikan akan mengabulkannya.

Sedangkan menurut istilah, Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.[1]

B.     Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah

Kehidupan bangsa Arab pra-Islam dikenal dengan sebutan Jahiliah (Jahiliyyah). Kehidupan itu ditandai dengan adanya penyimpangan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, terutama menyangkut aspek aqidah dan akhlak.  Dalam aspek aqidah penyimpangan ditandai dengan berkembangnya penyembahan terhadap batu atau berhala yang telah menghancurkan sendi-sendi tauhid. Sementara dalam bidang akhlak, penyimpangan ditandai dengan kezhaliman dan kekerasan yang biasa dilakukan terhadap orang-orang yang lemah, seperti anak yatim dan kaum perempuan. Lebih jauh lagi, menurut Quthub, dampak lain dari penyimpangan aqidah adalah rasa resah, gelisah, dan lelah terhadap jiwa manusia saat ini. Sehingga dari permasalahan itu, dirasa cukup mutlak dan mendesak untuk dilakukannya dakwah dan seruan kepada Islam.[2]

Sebagai individu, manusia membutuhkan keteduhan, ketenangan, dan kedamaian. Itu bisa diperoleh dengan jalan dakwah. Maka berikut adalah beberapa pentingnya kebutuhan manusia terhadap dakwah:

1.      Kebutuhan Manusia Kepada Dakwah Melebihi Kebutuhan Mereka Kepada Makanan

Allah SWT menciptakan manusia dengan sempurna (Ahsana Taqwim). Dengan dibekali akal dan nafsu untuk menbedakan manusia dengan makhluk lain. Allah SWT telah mengilhamkan kepada manusia jalan yang baik dan jalan yang kufur (sesat). Karena itulah manusia membutuhkan dakwah (nasihat orang lain) agar tidak kufur dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT karena perintah Allah itu banyak dan berat sehingga manusia membutuhkan teman atau jamaah yang saling mengingatkan diantara mereka, begitu juga pada hakikatnya nafsu manusia itu menyukai kepada hal-hal yang dilarang. Manusia terdiri dari tubuh, akal dan hati. Tubuh membutuhkan makanan untuk bisa tegak dan menjalankan aktivitas. Adapun akal harus dimanfaatkan dengan banyak berfikir dan mentadabburi alam semesta ini. Dan hati lebih dari itu semua, karena hati ini tempat dimana Allah memberikan hidayah dan cahaya kepada manusia. Karena itu hati membutuhkan siraman dakwah sehingga tumbuh subur iman (hidayah) Allah SWT. Tanpa siraman dakwah, hati akan mengeras dan mati. Sungguh indah ketika Allah menggambarkan bagaimana kerasnya  hati, seperti firman Allah SWT berikut:

§NèO ôM|¡s% Nä3ç/qè=è% .`ÏiB Ï ÷èt/ Ï9ºs } Îgsù Íou $yÚÏtø:$$x. ÷rr& x©r& Zouqó¡s% 4 ¨bÎ)ur z`ÏB Íou $yfÏtø:$# $yJs9 ã ¤fxÿtFt çm÷ZÏB ã »yg÷RF{$# 4 ¨bÎ)ur $pk÷]ÏB $yJs9 ß,¤)¤±o ßlã ÷ u sù çm÷YÏB âä!$yJø9$# 4 ¨bÎ)ur $pk÷]ÏB $yJs9 äÝÎ6öku ô`ÏB Ïpu ô±yz «!$# 3 $tBur ª!$# @@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã tbqè=yJ÷ès? ÇÐÍÈ

“kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al-Baqarah(2) :74)

Dari ayat diatas jelas bahwa ketika hati manusia menjadi keras, maka ia tidak akan menerima kebenaran dan senantiasa menjauhi kebenaran tersebut.

 

2.      Dakwah Melahirkan Kebaikan Pada Diri, Masyarakat Dan Negara

Miswan thohadi dalam bukunya “Quantum Dakwah Dan Tarbiyah” mengatakan: “Dakwah Selain kewajiban syariat, dakwah juga merupakan kebutuhan manusia secara universal. Artinya setiap manusia dimanapun ia berada tidak akan pernah hidup dengan baik tanpa dakwah. Dakwahlah yang akan menuntun manusia kepada kebaikan. Sedangkan menjadi ahli kebaikan adalah kebutuhan dasar setiap orang. Maka jangan pernah terpikir sedikitpun untuk menjauh dari dakwah dengan alasan apapun. Justru ketika kita merasa kesulitan menjadi baik, maka dakwah inilah yang akan membantu kita memudahkannya. Semakin kita merasa berat meniti jalan Islam, semakin besar pula kebutuhan kita terhadap dakwah.

Ia melanjutkan, dakwah adalah kebutuhan setiap manusia, terlebih bagi sang dai sendiri. Menjadi shalih adalah kemestian atas setiap muslim dan menjadi dai adalah jalan yang paling efektif untuk menjadi shalih. Para nabi dan rasul Allah adalah para dai pejuang penegak agama Allah, disaat yang sama mereka juga harus mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Allah SWT berfirman:       

* tíu ° Nä3s9 z`ÏiB ÈûïÏe$!$# $tB 4Ó »ur ¾ÏmÎ/ %[nqçR ü Ï%©!$#ur !$uZø ym÷rr& y7ø s9Î) $tBur $uZø ¢¹ur ÿ¾ÏmÎ/ tLìÏdºt ö/Î) 4Óy qãBur #Ó|¤ Ïãur ( ÷br& (#qãK Ï%r& tûïÏe$!$# wur (#qè%§ xÿtGs? Ïm Ïù 4 u ã9x. n?tã tûüÏ.Î ô³ßJø9$# $tB öNèdqããô s? Ïmø s9Î) 4 ª!$# ûÓÉ<tFøgs Ïmø s9Î) `tB âä!$t±o ü Ï öku ur Ïmø s9Î) `tB Ü= Ï^ã ÇÊÌÈ

"Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)." (Assyura(42): 13)

Ayat lainnya adalah:

ô`tBur ß`|¡ômr& Zwöqs% `£JÏiB !%tæy n<Î) «!$# @ÏJtãur $[sÎ=»|¹ tA$s%ur ÓÍ_¯RÎ) z`ÏB tûüÏJÎ=ó¡ßJø9$# ÇÌÌÈ   wur ÈqtGó¡n@ èpoY|¡ptø:$# wur èpy¥Íh ¡¡9$# 4 ôìsù÷ $# ÓÉL©9$$Î/ } Ïd ß`|¡ômr& #s Î*sù Ï%©!$# y7uZ÷ t/ ¼çmuZ÷ t/ur ×ourºy tã ¼çm¯Rr(x. ; Í<ur ÒO ÏJym ÇÌÍÈ   $tBur !$yg9¤)n=ã wÎ) tûïÏ%©!$# (#rç y9|¹ $tBur !$yg8¤)n=ã wÎ) rè >eáym 5O Ïàtã ÇÌÎÈ 

 

“siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"  dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar.” (fushilat(41): 33-35)

Dari sini diketahui bahwa ketika kebaikan itu telah tertanam pada tiap individu, kemudian dari individu ini melahirkan sebuah keluarga yang baik, kemudian dari kumpulan keluarga akan melahirkan masyarakat yang baik, dan tidaklah mustahil dari masyarakat-masyarakat yang telah tertanam ruh kebaikan akan melahirkan negara yang baik pula.

 

3.      Dakwah Menjadikan Manusia Menjadi Mulia

Seperti firman Allah SWT:

¨br&ur #x »yd ÏÛºu ÅÀ $VJ É)tGó¡ãB çnqãèÎ7¨?$$sù ( wur (#qãèÎ7­Fs? @ç6 ¡9$# s-§ xÿtGsù öNä3Î/ `tã ¾Ï&Î# Î7y 4 öNä3Ï9ºs Nä38¢¹ur ¾ÏmÎ/ öNà6¯=yès9 tbqà)­Gs? ÇÊÎÌÈ  

“dan inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah engkau ikuti jalan-jalan lain, karena itu semua akan menyesatkanmu dari jalanNya. Itulah yang telah diwasiatkan kepadamu agar kamu bertaqwa.” (Al-An’am(6) : 153)

Dakwah dalam perspektif yang luas merupakan jalan untuk membangun sistem kehidupan masyarakat yang mengarahkan umat manusia menuju penghambaan totalitas dalam semua dimensi kehidupan mereka hanya kepada Allah Swt. Jjika proses ini berjalan dengan baik maka akan tercipta sebuah tatanan masyarakat yang harmonis, yang menjunjung tinggi nilai kemuliaan dan menghindarkann diri dari prilaku keji yang berujung pada kehinaan. Jalan dakwah inilah yang telah ditempuh oleh Rasulullah Saw dan para rasul sebelumnya. Di atas jalan ini pula mereka mengerahkan segenap potensi yang dimiliki untuk membangun kemulian umat.

Tetapi ketika manusia menjauhi dakwah Islam, sehingga egoisme menguasai seluruh elemen bangsa ini. Dimana pedagang hanya mementingkan keuntungan perdagangannya,  pegawi hanya mementingkan pekerjaannya, dan begitu seterusnya masing-masing larut dengan urusannya tanpa mempedulikan kebaikan orang lain. Egosime inilah yang telah mencabut rasa percaya satu sama lain di antara warga masyarakat, yang memutuskaan ikatan kasih sayang antar anggota keluarga, dan melemahkan ikatan kemanusiaan antar manusia. Padahal manusia membutuhkan kerja sama untuk menghadapi kesulitan-kesulitan dan problema kehidupan. Di sini, dakwah berperan memberikan harapan akan lenyapnya egosime dari masyarakat kita.

Karena itulah Allah mensifati umat dakwah  sebagai umat terbaik, karena menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar demi kemuliaan hidup bersama. Seperti Firman Allah SWT:

öNçGZä. u ö yz >p¨Bé& ôMy_Ì ÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâ ßDù's? Å$rã ÷èyJø9$$Î/ cöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ì x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur ÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #Z ö yz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB cqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdç sYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  

“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran(3) : 110)

Hanya dengan dakwah, manusia akan mencapai kemuliaan dan kejayaannya seperti yang pernah tertoreh dalam tinta emas sejarah kemanusiaan. Karena hal itu menunjukkan, bahwa mereka peduli dan menaruh perhatian besar terhadap keadaan kehidupan di sekelilingnya demi kebaikan, kesejahteraan dan kemuliaan hidup umat manusia.

 

4.      Dakwah Adalah Jalan Menuju Bahagia

Orang-orang yang berjalan di atas dakwah akan merasa bahagia karena mereka melaksanakan perintah Allah Swt. Dengan dakwah hati manusia menjadi tenang dan lapang, karena hidayah Allah Swt. sebagaimana digambarkan Allah dalam surat Al-An’am(6) ayat 125 berikut:

 

`yJsù Ï Ì ã ª!$# br& ¼çmt Ï ôgt ÷yu ô³o ¼çnu ô |¹ ÉO»n=ó M~Ï9 ( `tBur ÷ Ì ã br& ¼ã&©#ÅÒã ö@yèøgs ¼çnu ô |¹ $¸)Íh |Ê %[`t ym $yJ¯Rr' 2 ß ¨è¢Át Îû Ïä!$yJ¡¡9$# 4 Ï9ºx 2 ã@yèøgs ª!$# }§ô_Íh 9$# n?tã úïÏ%©!$# w cqãZÏB÷sã ÇÊËÎÈ  

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. dan Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”

Jiwanya tenang tidak gelisah, karena jiwa mereka terlepas dari segala penghambaan syahwat dan dunia dan menundukkannya hanya kepada Allah Swt semata. Seperti yang ditulis Fathi Yakan di dalam bukunya “musykilatu al-dakwah wa al-daiyah”: “para pelaku dakwah terbebas dari segala penghambaan dunia dan syahwat, sehingga mereka tidak merasakan rasa bahagia kecuali dengan mentaati Allah Swt, tidak mengenal jihad (perjuangan) kecuali sebagai pintu menuju kesyahidan dan pintu menuju syurga Allah Swt dan memperoleh ridhanya. Firman Allah Swt :

wur ¨ûtù|¡øtrB tûïÏ%©!$# (#qè=ÏFè% Îû È@ Î6y «!$# $O?ºuqøBr& 4 ö@t/ íä!$u ômr& y YÏã óOÎgÎn/u tbqè%y ö ã ÇÊÏÒÈ   tûüÏmÌ sù !$yJÎ/ ãNßg9s?#uä ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù tbrç ųö;tGó¡o ur tûïÏ%©!$$Î/ öNs9 (#qà)ysù=t NÍkÍ5 ô`ÏiB öNÎgÏÿù=yz wr& ì$öqyz öNÍkö n=tæ wur öNèd cqçRt óst ÇÊÐÉÈ  

 “janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. mereka dalam Keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Ali Imran(3) : 169-170)

Ayat diatas adalah hiburan bagi para dai yang berjuang di jalan Allah Swt karena Allah berjanji akan memberikan kebahagiaan kepada mereka di dunia dan kebahagiaan di akhirat.

 

5.      Tanpa Dakwah Manusia Menuju Ke Jurang Kehancuran

Dakwah berarti menyeru atau mengajak manusia kepada suatu sistem yang di ridhai Allah, yaitu Islam. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt. dan Allah maha mengetahui mana yang terbaik untuk mereka dengan memberikan kepada mereka rambu-rambu sehingga tercipta kehidupan yang teratur dan tenang. Karena itulah Allah Swt mengutus para rasul untuk menyampaikan risalahnya kepada manusia. Supaya mereka berjalan di atas sistem yang telah Allah gariskan bagi mereka. Tetapi ketika mereka tidak mau berjalan di atas sistem atau menolak apa yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul berarti mereka telah menjeburkan diri mereka ke dalam jurang kehancuran. Sebagaimana firman Allah Swt :

(#qà)¨?$#ur ZpuZ÷FÏù w ¨ûtù ÅÁè? tûïÏ%©!$# (#qßJn=sß öNä3YÏB Zp¢¹!%s{ ( (#þqßJn=÷æ$#ur cr& ©!$# ß Ï x© É>$s)Ïèø9$# ÇËÎÈ  

“dan peliharah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang dzalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (Al-Anfal(8) : 25)

Dalam sebuah riwayat dari Zainab Binti Jahsy, ia bertanya, “wahai Rasulullah Saw apakah kita akan binasa padahal di tengah-tengah kita ada orang – orang yang shalih?” Rasulullah saw menjawab: “ya, apabila kemaksiatan telah merajalela.”

Dakwah mutlak diperlukan manusia, terlebih mereka sekarang hidup pada suatu masyarakat yang mengagung-agungkan kebebasan dan HAM (hak asasi manusia). Pelaku-pelaku kehancuran berbagai macamnya berupaya untuk merobohkan dan meruntuhkan nilai-nilai kebaikan. Sehingga kebebasan dan HAM  dianggap sebagai simbol kemajuan, sedang berpegang teguh terhadap ajaran agama dianggap sebagai keterbelakangan.

Dalam situasi (keadaan) seperti ini, seandainya manusia menjauhi dakwah, seakan tidak lagi membutuhkan dakwah, maka masyarakat tersebut telah bersiap menuju jurang kehancuran.

Begitu juga manusia sekarang, dimana materi menjadi tujuan utama. Waktu (siang dan malam) mereka habiskan untuk mengejar materi. Mereka lalai akan hakikat tujuan diciptakannya manusia.  Banyak diantara mereka yang meninggalkan perintah Allah Swt terutama sholat dan menghalalkan apa yang dilarang Allah Swt demi mendapatkan materi. Padahal, Hakikat kehidupan dunia hanya Allah sementara dan kenikmatan  yang fana, sedang akhirat adalah negeri abadi selamanya. Keadaan seperti ini persis seperti yang pernah Rasulullah Saw perkirakan jauh-jauh hari ketika Beliau bersabda:

 “demi Allah, tidaklah kemiskinan yang aku (Rasulullah Saw) khawatirkan menimpa kalian, tetapi aku khawatir dilapangkan (dibuka) dunia pada kalian sebagaimana yang perenah terrjadi pada uamat sebelum kalian. Sehingga kalian berlomba-lomba (mengumpulkan dunia) sebagaimana mereka lakukan, yang menjadi sebab kehancuran kalian sebagaimana mereka dihancurkan.”

 

6.      Dakwah Sebagai Pembuktian Kesejatian Manusia

z`ÏiB tûüÏZÏB÷sßJø9$# ×A%y`Í (#qè%y |¹ $tB (#rß yg»tã ©!$# Ïmø n=tã ( Nßg÷YÏJsù `¨B 4Ó|Ós% ¼çmt6øtwU Nåk÷]ÏBur `¨B ã ÏàtF^t ( $tBur (#qä9£ t/ Wx Ï ö7s? ÇËÌÈ  

 “diantara (sebagian) orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; lalu diantara mereka ada yang gugur, dan diantara mereka pula ada yang menunggu-nunggu, dan mereka sedikitpun tidak merubah janjinya.” (Al-Ahzab(33) : 23)

Dr. Atabik Luthfi mengatakan: “kata rijal yang tersebut dalam ayat diatas, dan beberapa ayat yang lain dalam konteks dakwah mencerminkan sebuah tanggung jawab, komitmen, kepekaan dan kepedulian. Justru hanya dengan dakwah seseorang bisa mencapai derajat “Ar-Rujulah”, kelelakian sejati. Alqur’an telah mengabadikan kisah kepedulian dan pembelaan tiga laki-laki terhadap dakwah, yaitu: seorang laki-laki dari keluarga yasin, seorang laki-laki dari keluarga fir’aun dan seorang laki-laki dari ujung kota. Mereka mampu merasakan dan menghadirkan diri di arena pembelaan dakwah di saat dakwah sangat membutuhkannya”.

Dalam sejarah peradaban Islam, tidaklah para ulama dan tokoh-tokoh Islam dikenal kecuali karena mereka telah membuktikan diri mereka dimedan dakwah dengan perjuangan dan pengorbanan yang begitu besar. Mereka telah mengukir sejarah dengan darah dan tinta mereka demi tegaknya kalimatullah di muka bumi. Karena itu benarlah bahwa dakwah adalah pembuktian kesejatian manusia, karena orang yang berdakwah mampu memberikan yang terbaik untuk orang lain.

 

7.      Dakwah Adalah Investasi Amal Tanpa Batas

Rasulullah Saw bersabda :

“barang siapa yang menunjukkan kebaikan , maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya.” Hr. Abu Dawud

Dari hadist diatas, diketahui bahwa orang yang senantiasa berdakwah mengajak manusia untuk berbuat baik sesuai yang diajarkan Islam berarti ia telah berinvestasi untuk akhirat tanpa batas. Karena ia akan senantiasa mendapatkan pahala orang yang mengerjakan ibadah lantaran dakwahnya kepada dia. Hadis diatas dikuatkan dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah, Rasulullah Saw bersabda:

 “apabila manusia meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendokan orang tuanya.” (Hr. Tirmidzi)

 

8.      Dengan Dakwah Manusia Lebih Produktif Beramal Dan Tidak Egois (Individual)

Pada hakikatnya dakwah bukanlah rantaian kata-kata yang tersusun menjadi kalimat yang keluar dari lisan semata. Tetapi ia disampaikan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal nyata. Karena itulah Allah Swt berfirman dalam surat As-Shaf :

yx¬7y ¬! $tB Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚö F{$# ( uqèdur â Í yèø9$# ÞO Å3ptø:$# ÇÊÈ   $pk r'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä zNÏ9 cqä9qà)s? $tB w tbqè=yèøÿs? ÇËÈ   u ã9 2 $ºFø)tB y YÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB w cqè=yèøÿs? ÇÌÈ  

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. As-shaf (61): 1-3)

Kalau kita melihat sirah Rasulullah Saw. Beliau adalah teladan dalam segala hal. Beliau adalah orang pertama kali yang melakukan sebelum ia menyuruh umatnya untuk melakukannya. Bahkan beliau lebih banyak mencontohkan dengan amalnya. Sebagaimana yang pernah beliau lakukan ketika membangun masjid kuba, beliau sendiri ikut serta dengan mengambil batu-batu untuk pondasi masjid. Di perang akhzab ketika menggali parit, beliau juga yang menghancurkan batu-batu yang besar dimana tidak ada sahabat yang sanggup menghancurkannya.

Inilah sebagian contoh bahwa dakwah melahirkan amal nyata. Ada suatu kaidah yang mengatakan “lisanul hal afsoh min lisanil maqolperbuatan itu lebih mengena dari pada perkataan”. Karena dakwah tidaklah menciptakan manusia yang pandai beretorika dan berdebat, tetapi ia melahirkan generasi yang bisa membuktikan iman yang menghujam di dalam hati dengan amal dan karya nyata.

 

9.      Dakwah Adalah Lentera Hidup

Seperti Firman Allah Swt:

`tBurr& tb%x. $\Gø tB çm»oY÷ u ômr'sù $oYù=yèy_ur ¼çms9 #Y qçR ÓÅ´ôJt ¾ÏmÎ/ Îû Ĩ$¨Y9$# `yJx. ¼ã&é#sW¨B Îû ÏM»yJè= à9$# }§ø s9 8lÍ $s ¿2 $pk÷]ÏiB 4 Ï9ºx x. z`Îi ã tûïÌ Ïÿ»s3ù=Ï9 $tB (#qçR%x. cqè=yJ÷èt ÇÊËËÈ  

 “dan Apakah orang yang sudah mati kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” QS. Al-An’am(6): 122

Imam Syakuani menyebutkan di dalam tafsirnya: yaitu orang kafir yang Allah hidupkan dengan Islam. Dan cahaya adalah hidayah dan iman. Begitu juga ia menyebutkan sebuah syair berikut :

“kebodohan adalah kematian bagi seseorang sebelum ia mati. Tubuhnya adalah kuburan bagi dirinya sebelum ia dikubur (di liang lahad) sesungguhnya manusia yang hidup tanpa ilmu adalah mayit, maka tidak ada baginya kebangkitan sampai ia dibangkitkan”

Ia juga menyebutkan riwayat bahwa yang diberi cahaya adalah Umar Bin Al-Khottob, sedangkan yang masih dalam kegelapan adalah Abu Jahl Bin Hisyam. Karena Rasulullah Saw pernah berdoa sebelum ayat ini diturunkan:

“Ya Allah muliakanlah islam dengan ibnu hisyam atau umar bin al-khottob.

Ini menunjukkan bahwa dakwah adalah lentera (cahaya ) hidup bagi manusia. Sebaliknya tanpa dakwah manusia hanya akan hidup dalam kegelapan. Karena itulah manusia tidak bisa hidup tanpa dakwah.

A.    Kesimpulan

Manusia siapapun orangnya, baik kaya atau miskin, pintar ataupun bodoh, berkulit hitam ataupun putih, wanita ataupun pria, penguasa ataupun tidak sama-sama membutuhkan dakwah untuk pegangan hidup. Tanpa dakwah mereka hidup dalam kegelapan dan menuju ke jurang kehancuran. Dakwah tidak membutuhkan manusia tetapi manusialah yang membutuhkan dakwah untuk kebahagian hidup di dunia dan akhirat.

 

B.     Saran

Berkaca akan pentingnya dakwah dalam kehidupan umat manusia, diharapkan kedudukan dakwah di masyarakat semakin kuat. Kuat mengajak manusia ke arah yang positif, kuat membimbing masyarakat agar bisa merasakan kebahagian hidup di dunia dan akhirat tentunya.

Diharapkan bahwa proses berdakwah dilakukan atas nama Allah semata, tanpa membebani suatu kaum dengan penentuan biaya yang sulit dikeluarkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

·         Ismail, Ilyas (2008). Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, Jakarta: Penamadani

·         Amin, Samsul Munir (2009). Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah

·         Thahadi, Miswan (2008). Quantum Dakwah dan Tarbiyah, Jakarta: Al-I’tishom

·         Dzulkifli Amnan (2012). Kebutuhan Manusia Terhadap Dakwah, http://dzulkifliamnan.blogspot.com/2012/06/kebutuhan-manusia-terhadap-dakwah.html

 

 

 

 

 



[2] Ismail, Ilyas, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, (Jakarta: Penamadani, 2008) h, 134

0 komentar:

Posting Komentar

comdev

comdev
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 KOMPILASI MAKALAH PMI UIN JAKARTA All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes