Selamat Datang Di Komunitas Pengembang Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ZUYIN ARWANI
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN RIJAL DAKWAH
Rijal dakwah secara etimologi  diambil dari Bahasa arab  رجال dan الدعوةرجالartinya adalah seseorang laki-laki, tokoh, orang ahli, pemimpin. Sedangkan الدعوةmemiliki arti mengajak, memanggil, menyeru. Secara terminologyالدعوةرجال adalah istilah seseorang yang ahli atau tokoh yang dapat mengajak manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku agar kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan Hadits.
Istilah rijal Ad-Dakwah biasanya condong kepada para juru dakwah yang mana mereka berkompetensi dalam menjalankan dakwahnya.Secara garis besar Rijalad-Dakwahmengandung dua pengertian:
1.      Secara umum
Adalah setiap muslim atau muslimat yang berdakwah sebagai suatu kewajiban yang melekat dan tidak dapat terpisahkan dari misinya sebagai penganut islam, sesuai dengan perintah “Ballighu ‘anni walaw ayat”
2.      Secara khusus
Adalah mereka mengambil keahlian khusus (mutakhashish- spesialis) dalam bidang dakwah islam, dengan kesungguhan luar biasa dan dengan Qudwah Hasanah.[1]
Setiap orang yang menjalankan aktivitas dakwah, hendaklah memiliki kepribadian yang  yang baik sebagai seorang da’I. hal ini karena seorang da’i adalah figur yang dicontohkan dalam segala tingkah laku dan gerakannya. Oleh karenanya, ia hendaklah menjadiuswatun hasanah bagi masyarakatnya.[2]
B.     Tugas dan Fungsi Rijal Ad-Dakwah
Pada dasarnya tugas pokok seorang da’I adalah meneruskan tugas nabi Muhammad Saw, yakni menyampaikan ajaran-ajaran Allah seperti termuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
Lebih tegas lagi bahwa tugas da’I adalah merealisasikan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah ditengah masyrakat sehingga Al-Qur’an dan Sunnah dijadikan sebagai pedoman dan penuntun hidupnya. Menghindarkan masyarakat dari berpedoman pada ajaran-ajaran luar Al-Qur’an dan Sunnah, menghindarkan masyarakat berpedoman pada ajaran-ajaran animisme dan dinamisme serta ajaran-ajaran yang tidak dibenarkan oleh Al-Qur’an dan Hadits
Keberdaan da’I dalam masyarkat luas mempunyai fungsi yang cukup menentukan. Fungsi da’i adalah sebagai berikut:
1.      Meluruskan akidah
Sudah menjadi naluri manusia bahwa manusia selalu tidak terlepas dari kesalahan dan kekeliruan yang tidak terkecuali terhadap keyakinan dan akidahnya. Banyak terjadi kepada orang muslim, tetapi karena suatu hal keyakinannya berubah dan bergeser  hal tersebut disebabkan adanya faktor luar yang mempengaruhi. Sebagai contoh “seorang muslim yang imannya masih lemah di hadapkan kepada persoalan yang berat dan rumit yang seakan tidak dapat terselesaikan permasalahan tersebut dengan kemampuan akal pikirannya, kemudian terketuk hatinya untuk mencari “orang tua” yang dianggapnya mampu memberikan bantuan-bantuan, jampi-jampi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya”.
Karena kepercayaan terhadap orang tua itulah ia kemudian tidak peduli melaksanakan upaya-upaya tahayul dankhurafat karena mengikuti kemauan orang tua yang sedang dipercayai. Upaya tersebut telah merusak akidah dan keimannya.[3]
Dalam menghadapi masyarakat yang seperti itu, keberadaan da’I berfungsi meluruskan kembali anggota masyarakat yang kedapatan mulai melakukan praktik-paraktik syirik untuk kembali kepada jalan yang diridhoi oleh Allah Swt, sehingga mereka pun berkeyakinan bahwa hanya Allah-lah Dzat yang Maha Kuasa lagi Maha Perkasa, tidak ada sesuatu kekuatan pun yang mampu menandingi kekuatan dan kekuasan Allah.
2.      Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar
Kehadiran manusia di muka bumi tidak lain adalah untuk beribadah mengabdi kepada Allah. Yaitu melaksanakan sesuatu aktifitas dalam rangka melaksanakan hubungan langsung dengan Allah.[4]
Hal yang semacam ini pulalah da’I berfungsi memotivasi untuk bisa beribadah dengan benar dan baik sehingga muncul suatu kesadaran untuk selalu belajar sekaligus mengamalkan apa yang dipelajarinya.
3.      Menegakan amar ma’ruf nahi mungkar
Betapa luhurnya konsep islam yang menganjurkan umatnya untuk saling mengingatkan berbuat baikdan meninggalkan yang tidak baik. Landasan persaudaraan harus selalu dipelihara dan dibina sehingga umat islam semuanya terbina menjadi umat yang mulia dan erat tali persaudaraan.
Allah berfirman dalam Surat Al-Hujurat ayat 10:
إنما المؤمنون اخوة فأصلحوا بين اخويكم . واتقوالله لعلكم ترحمون
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah Antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”(Qs. Al-Hujurat (49): 10) 
      Begitu pun islam tidak menghendaki seorang membiarkan orang islam terperosok dalam kemungkaran.
Sabda Nabi Muhammad Saw:
من رأى منكم منكرا فليغير بيده فاءن لم يستطع فبلسانه فاءن لم يستطع فبقلبه وذالك أضعف الايمان
Artinya :
Barang siapa diantara kamu melihat kemungkaran maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lidahnya dan jika ia tidak mampu juga maka dengan hati, itulah selemah-lemahnya iman”(HR.Muslim)
4.      Menolak kebudayaan yang desduktrif
Mobilitas masyarakat yang dipacu oleh pesatnya ilmu dan teknologi sering membawa pengaruh yang tidak diinginkan.
Dampak negative karena perubahan sosial akibat mobilitas yang tidak terkendali sering menyebabkan terjadinya gejolak-gejolak sosial. Yang paling berbahaya adalah jika perubahan itu mampu menggeser moral masyarakat menjadi tidak terkendali sehingga masyarakat tidak lagi mengindahkan nilai-nilai moral yang luhur, tetapi ia lebih cenderung pada niali-nilai yang datang belakangan walaupun belum jelas kebenaran dan keluhurannya. Mereka anggap bahwa yang baru itu lebih baik dan lebih modern, padahal terkadang justru sebaliknya.
Didalam menghadapi perubahan-perubahan yang kompleks tersebut seorang da’I harus pandai-pandai menganalisa dan memberikan alternatif pemecahannya terhadap masyarakat, sehingga masyarakat tidak lagi dibingungkan oleh adanya perubahan-perubahan. Masyarakat akan tetap dalam pendiriannya bahwa yang benar adalah benar dan yang salah tetap salah.
C.     Sifat-Sifat Rijal ad-Dakwah
Kalau meminjam istilah komunikasi, da’I dapat dikategorikan sebagai komunikator yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan informasi dari sumber (source) melalui saluran yang sesuai (channel) pada komunikan (receiver).Untuk menjadi komunikaor yang baik dituntut adanya kredibilitas yang tinggi, yaitu sesuatu tingkat kepercayaan yang tinggi padanya komunikan sesuai yang diinginkan.
Di samping itu, agar seorang da’I dengan mudah mengkomunikasikan pesan-pesannya kepada komunikan, diperlukan pribadi yang cerdas, peka terhadap masyarkat, percaya pada dirinya, stabil emosinya, bersemangat tinggi, penuh inisatif, tegas, kreatif, serta berbudi luhur.
Keberadaan da’I ditengah masyarakat tidak dapat dipisahkan bahwa dirinya adalah sebagai agent of change (agen pembaharu) yang berarti ia harus inovatif, dinamis serta kreatif. Ia harus selalu mencari ide-ide baru dan mengembangkannya sehingga terwujud suatu masyarakat yang lebih maju ketimbang hari-hari sebelumnya. Ia juga sebagai key people (manusia penentu) yang berarti ia harus tanggap, tegas dan bijaksana dalam memutuskan sesuatu.
Sifat-sifat seorang da’I Antara lain:
1.      Da’I harus beriman dan bertaqwa kepada Allah
2. Da’I harus ikhlas dalam menjalankan dakwah, dan tidak mengedepankan kepentingan pribadi
3.      Da’I harus ramah dan penuh pengertian
4.      Da’I harus tawadhu atau rendah hati
5.      Dai’I harus sederhana dan jujur dalam tindakannya
6.      Da’I harus tidak memiliki sifat egoisme
7.      Da’I harus memiliki semangat tinggi dalam tugasnya
8.      Da’I harus sabar dan tawakal dalam melaksanakan tugas dakwah
9.      Da’I harus memiliki jiwa toleransi yang tinggi
10.  Da’I harus memiliki sifat terbuka atau demokratis
11.  Da’I tidak memiliki penyakit iri dan dengki[5]
D.    CARA RIJAL DAKWAH MENYAMPAIKAN PIDATO
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan informasi melalui pidato, yaitu harus memprihatikan siapa audiens atau pendengar yang akan menerima pesan-pesan pidato. Dengan demikian, materi pun harus disesuaikan dengan pendengarnya.
Dalam hal ini Nabi Muhammad Saw bersabda:
Bicaralah dengan manusia sesuai dengar kadar kemampuan daya pikirnya”.
Di samping harus memperhatikan lawan bicaranya, hal ini yang perlu diperhatikan adalah kesiapan baik fisik maupun mental yang akan berbicara. Sebab dengan kesiapan yang matang, pidato yang akan disampaikan akan menjadi lebih bermakna.
Dalam mempersiapkan pidato, hal-hal berikut harus diperhatikan:
1.      Menentukan tujuan pidato
2.      Memilih topik atau pokok pembicaraan
3.      Menganalisis atau memperhatikan pendengar
4.      Mepersiapkan bahan atau materi pidato
5.      Membuat kerangka atau out line pidato
6.      Menguraikan secara mendetail
7.      Latihan pidato dengan mantab
8.      Berpenampilan menarik dan sopan
Dalam menyampaikan materi pidato, agar apa yang disampaikan mendapat perhatian masyarakat (human interest), dan materi atau penyampaiannya pun harus aktual.
Materi atau isi pidato yang baik, sebagai berikut:
a.       Pendahuluan
b.      Isi pidato
c.       Penutup 
Cicero menyatakan bahwa sesuatu pidato yang baik harus mengandung hal-hal berikut:
1.      Pendahuluan (exordium)
2.      Pemaparan (narratio)
3.      Pembuktian (comfirmatio)
4.      Pertimbangan (reputatio)
5.      Penutup (peroratio)
Dalam retorika, dikenal pula adanya lagam berpidato yang merupakan bentuk atau pola berpidato, dalam hal ini dapat disebutkan sebagai berikut:
a.       Lagam khutbah
Lagam khutbah,Yaitu gaya pidato yang disampaikan sebagaimana orang berkhutbah dan intonasi yakni ketepatan tinggi rendahnya suara.
b.      Lagam sentimentil
Lagam sentimental, yaitu gaya pidato yang dapat membangkitkan emosi pendegar karena tersugesti. Lagam ini sangat efektif disampaikan dalam suatu siding, rapat-rapat akbar atau rapat yang memerlukan pembangkitan emosi jiwa.
c.       Lagam agitator
Lagam agigator, yaitu gaya pidato yang agitasi dan menggebu-gebu penuh semangat. Lagam ini disampaikan pada rapat-rapat yang bersifat politik dengan agresif, seperti kampanye.
d.      Lagam theatral
Lagam theatral, yaitu gaya pidato yang menyerupai lagam bermain sandiwara, seperti menyampaikan puisi.
e.       Lagam didaktik
Lagam didaktik, yaitu gaya pidato yang disampaikan seperti memberikan penerangan atau pelajaran. Lagam ini sesuai untuk memberikan pelajaran atau kuliah.[6]
  
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Istilah rijal Ad-Dakwah biasanya condong kepada para juru dakwah yang mana mereka berkompetensi dalam menjalankan dakwahnya. Secara garis besar Rijalad-Dakwahmengandung dua pengertian:
1.      Secara umum
Adalah setiap muslim atau muslimat yang berdakwah sebagai suatu kewajiban yang melekat dan tidak dapat terpisahkan dari misinya sebagai penganut islam, sesuai dengan perintah “Ballighu ‘anni walaw ayat”
2.      Secara khusus
Adalah mereka mengambil keahlian khusus (mutakhashish- spesialis) dalam bidang dakwah islam, dengan kesungguhan luar biasa dan dengan Qudwah Hasanah
Keberdaan da’I dalam masyarkat luas mempunyai fungsi yang cukup menentukan. Fungsi da’i adalah sebagai berikut:
1.      Meluruskan akidah
2.      Memotivasi umat untuk beribadah dengan baik dan benar
3.      Menegakan amar ma’ruf nahi mungkar
4.      Menolak kebudayaan yang desduktrif
Keberadaan da’I ditengah masyarakat tidak dapat dipisahkan bahwa dirinya adalah sebagai agent of change (agen pembaharu) yang berarti ia harus inovatif, dinamis serta kreatif. Ia harus selalu mencari ide-ide baru dan mengembangkannya sehingga terwujud suatu masyarakat yang lebih maju ketimbang hari-hari sebelumnya. Ia juga sebagai key people (manusia penentu) yang berarti ia harus tanggap, tegas dan bijaksana dalam memutuskan sesuatu
DAFTAR PUSTAKA
Siti Muriah, Dra.2000. Methodelogi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Samith Athif Az-Zain,1998. Shifatud Dai’yah wa Kaifiyati Hamlid Da’wah,(Sifat dan Karekteristik Para Da’I), Bandung:Husaini.
Slamet Muhaimin Abda, 1994,Prinsip-Prinsip Methode Dakwah, Surabaya:Al-Ikhlas.
Syekh Musthofa Mansyur, 1994, Thatiqah Ad-Dakwah (JalanDakwah), Jakarta:Pustaka Ihsan.
Syamsul Munir Amin, Drs, M.A, 2009. Ilmu Dakwah,Jakarta:Amzah.

[1]Dra. Siti Muriah, Methodelogi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka,2000, hal.27
[2] Dr. Samith Athif Az-Zain, Sifat dan Karekteristik Para Da’I, Bandung:Husaini, 1998.
[3] Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Methode Dakwah, Surabaya:Al-Ikhlas, 1994, hal:60
[4] Ibid, hal.63
[5] Secara lebih rinci dapat dibaca dalam Syekh Musthofa Mansyur, Thatiqah Ad-Dakwah (JalanDakwah), Jakarta:Pustaka Ihsan,1994, hal.25-29
[6] Drs. Syamsul Munir Amin,M.A, Ilmu Dakwah,Jakarta:Amzah, 2009.hlm 174

0 komentar:

Posting Komentar

comdev

comdev
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 KOMPILASI MAKALAH PMI UIN JAKARTA All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes