Keberedaan tuhan dan agama

Dalam sebuah buku de Mello, Burung Berkicau, ada sebuah ilustrasi tentang ikan yang mencari laut. Ikan itu menemui seekor ikan yang lebih tua dan bertanya, "Engkau lebih tua dari aku dan kau juga jauh lebih berpengalaman. Aku ingin bertanya, dimanakah laut itu?" lalu ikan yang lebih tua itu berkata, "Laut, adalah tempat dimana engkau berenang saat ini." Ikan muda kecewa dengan jawaban ikan tua itu dan berkata, "Tidak! Ini hanya air! Aku mencari laut!" Lalu ikan muda pergi, terus berusaha mencari laut.

Seperti halnya manusia yang terus bertanya, "Dimanakah Tuhan itu?"
Tuhan ada, dalam diri kita, disekitar kita, dan disetiap nafas kita. Tuhan ada disetiap detik yang kita jalani. Hanya kadang kita tidak menyadari keberadaanNya, seperti halnya si ikan muda yang tidak menyadari keberadaan laut yang sebenarnya berupa air tempat dia hidup, tempat dia bernafas, bahkan didalam dirinya sendiri ada air.

Dalam buku yang sama, diceritakan tentang seekor monyet yang mengambil ikan dari air lalu meletakkannya disebuah dahan. Monyet yang lain menanyakan kenapa dia meletakkan ikan itu di pohon. "Oh! Aku menyelamatkan hidupnya! Ikan ini bisa tenggelam dan mati kalau terus berada di air dan aku membiarkannya tetap disana. Aku menyelamatkan dia!

Cerita itu mengingatkan saya bahwa apa yang menjadi kebenaran bagi saya, apa yang merupakan keselamatan dan hidup bagi saya, mungkin tidak sesuai bagi orang lain. Bahkan mungkin bisa menghancurkan orang lain.

Berkaca dari dua ilustrasi diatas dan hasil dari interpretasi saya, saya akan lebih memfokuskan pencarian dengan saya sendiri sebagai obyek dan subyeknya. Tidak ada seorangpun yang berhak memaksa saya untuk mengaplikasikan 'jenis keselamatan' mereka bagi saya. Bila perlu, saya akan menghindari, menentang bahkan menyerang orang yang berusaha memaksakan 'jenis keselamatan' mereka bagi saya.
Hubungan saya dengan Tuhan, adalah hubungan pribadi. Tidak ada seorangpun yang berhak ikut campur dalam hal ini.