Selamat Datang Di Komunitas Pengembang Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciri-Ciri Pidato yang Baik

Oleh:

Arianne Sarah

M. Abdul Muhaimin As'ad

 

A.    Latar Belakang

            Seiring perkembangan zaman, terutama pada zaman yang sudah sangat canggih dan modern seperti saat ini seni berbicara atau yang biasa kita kenal dengan Ilmu Retorika sudah menjadi hal yang sangat penting. Kemampunan untuk berkomunikasi secara baik dan benar sangatlah di butuhkan. Berbicara secara jelas singkat, padat dan penyampaian yang terarah serta tepat sasaran adalah tujuan utama yang harus di perhatikan dalam berpidato.

Dalam berpidato, berbahasa yang baik saja tentu belumlah cukup sebab ketika sedang berpidato di depan khalayak umum, seseorang yang berpidato tidak hanya di tuntut dengan kata kata atau berbahasa yang baik saja, tetapi lebih dianjurkan memperhatikan berbagai aspek lainnya seperti penampilan, karaktristik pendengar serta keterampilan agar menarik simpatik pendengar karena dengan cara seperti itu suatu pidato atau khotbah dalam meraih kesuksesan. Ketika sedang berpidato atau berkhotbah, pendakwah juga dituntut harus dapat mempertanggung jawabkan atas semua materi yang telah disampaikan kepada para pendengar. Artinya, kebenaran yang disampaikan tidak bersifat rahasia atau tidak dirahasiakan sebab ketika sedang berpidato tidak boleh ada materi atau kata-kata yang menyinggung pihak mana pun.

 

A.    Pengertian Pidato

Pidato merupakan kegiatan seseorang yang dilakukan di hadapan orang banyak dengan mengandalkan kemampuan bahasa (kata-kata) sebagai alat utamanya.

 

 

B.     Ciri-ciri  Pidato yang Baik

Ada sembilan hal yang mencirikan suatu pidato yang baik yakni, saklik, jelas, hidup, memiliki tujuan yang jelas,bergaya klimaks, dibatasi, mengejutkan, memiliki pengulangan dan mengandung humor.

1.      Pidato yang Saklik

Pidato itu saklik apabila memiliki objektivitas dan unsur-unsur yang mengandung kebenaran. Saklik juga berarti bahwa ada hubungan yang serasi antara isi pidato dan formulasinya, sehingga indah kedengarannya, tetapi bukan berarti dihiasi dengan gaya bahasa yang berlebih-lebihan. Akhirnya saklik juga berarti ada hubungan yang jelas antara pembeberan masalah dengan fakta dan pendapat atau penilaian pribadi.

2.      Pidato yang Jelas

Ketentuan sejak zaman kuno menyatakan bahwa pembicaraan harus mengungkapkan pikirannya sedemikian rupa, sehingga tidak hanya sedapat mungkin isinya dapat dimengerti. Oleh karena itu pembicara harus memilih ungkapan dan susunan kalimat yang tepat dan jelas untuk menghindari salah pengertian.

3.      Pidato yang Hidup

Sebuah pidato yang baik harus hidup. Untuk menghidupkan pidato dapat dipergunakan gambar, cerita pendek atau kejadian-kejadian. Yang relevan sehingga memancing perhatian pendengar. Pidato yang hidup dan menarik umumnya diawali dengan ilustrasi, sesudah itu ditampilkan pengertian-pengertian abstrak atau definisi.

4.      Pidato yang Memiliki Tujuan

Setiap pidato harus memiliki tujuan, yaitu apa yang mau dicapai. Tujuan ini harus dirumuskan dalam satu dua pikiran pokok. Dalam membawakan pidato, tujuan ini hendaknya sering diulang dalam rumusan yang berbeda, supaya pendengar tidak kehilangan benang merah selama mendengarkan pidato. Kalimat-kalimat yang merupakan tujuan dan kalimat pada bagian penutup pidato harus dirumuskan secara singkat, jelas tapi padat. Dalam satu pidato tidak boleh disodorkan terlalu banyak tujuan dan pikiran pokok; lebih baik disodorkan satu pikiran dan tujuan yang jelas sehingga mudah diingat, daripada sepuluh pikiran yang  tidak jelas sehingga mudah dilupakan.

5.      Pidato yang Memiliki Klimaks

Suatu pidato yang hanya membeberkan kejadian demi kejadian atau kenyataan demi kenyataan, akan sangat membosankan. Oleh karena itu sebaiknya kenyataan atau kejadian-kejadian itu dikemukakan dalam gaya bahasa klimaks. Berusahalah menciptakan titik-titik puncak dalam pidato untuk memperbesar ketegangan dan rasa ingin tahu pendengar. Selama masa persiapan, titik-titik puncak harus dirumuskan sebaik dan sejelas mungkin.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa klimaks itu harus muncul secara organis dari dalam pidato itu sendiri dan bukan karena mengaharapkan tepukan tangan yang riuh dari para pendengar. Klimaks yang dirumuskan dan ditampilkan secara tepat akan memberikan  bobot kepada pidato. Usahakan supaya ketegangan dan rasa ingin tahu pendengar diciptakan di antara pembukaan dan penutup pidato.

6.      Pidato yang Memiliki Pengulangan

Pengulangan atau redundans itu penting, karena dapat memperkuat isi pidato dan memperjelas pengertian pendengar. Pengulangan itu juga menyebabkan pokok-pokok pidato itu tidak segera dilupakan. Suatu pengulangan yang dirumuskan secara baik akan memberi efek yang besar dalam ingatan para pendengar. Tetapi perlu diperhatikan bahwa yang dimaksudkan terutama adalah pengulangan isi pesan dan bukan rumusan. Ini berarti isi dan arti tetap sama, akan tetapi dirumuskan dengan mempergunakan bahasa yang berbeda. Masalahnya tetap sama, hanya diberi  pakaian yang baru dan menarik.

7.      Pidato yang Berisi hal-hal yang Mengejutkan

Sesuatu itu mengejutkan karena itu mungkin belum pernah ada dan terjadi sebelumnya atau karena meskipun masalahnya biasa dan terkenal, tetapi ditempatkan di dalam konteks atau relasi yang baru dan menarik. Memunculkan hal-hal yang mengejutkan dalam pidato berarti menciptakan hubungan yang baru dan menarik antara kenyataan-kenyataan yang dalam situasi biasa tidak dapat dilihat. Hal-hal yang mengejutkan itu dapat menimbulkan ketegangan yang menarik dan rasa ingin tahu yang besar, tetapi tidak dimaksudkan sebagai sensasi.

8.      Pidato yang Dibatasi

Orang tidak boleh membeberkan segala soal atau masalah dalam satu pidato. Oleh karena itu pidato harus dibatasi pada satu atau dua soal yang tertentu saja. Pidato yang isinya terlalu luas akan menjadi dangkal.

9.      Pidato yang Mengandung Humor

Humor dalam pidato itu perlu, hanya saja tidak boleh terlalu banyak, sehingga memberi kesan bahwa pembicaraan tidak bersungguh-sungguh. Humor itu dapat menghidupkan pidato dan memberi kesan yang tak terlupakan pada para pendengar. Humor dapat juga menyegarkan pikiran pendengar, sehingga mencurahkan perhatian yang lebih besar kepada pidato selanjutnya.

A.    Kesimpulan

Jadi, pada intinya ciri-ciri pidato yang baik itu ada Sembilan ciri, yaitu: Pidato yang saklik, Pidato yang jelas, Pidato yang hidup, Pidato yang memiliki tujuan yang jelas, Pidato yang bergaya klimaks, Pidato yang  dibatasi, Pidato yang mengejutkan, Pidato yang  memiliki pengulangan, Pidato yang  mengandung humor.

 

B.     Saran

Tak ada gading yang tak retak. Tak ada manusia yang tak luput dari salah dan kekurangan.sehingga kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan.

Penulis menyarankan kepada pembaca untuk lebih banyak lagi membaca buku yang berhubungan dengan  retorika ataupun public speaking. Karena kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan mengingat keterbatasan penyusun.

 

Daftar Pustaka

 

·         Idy Subandy Ibrahim, Kecerdasan Komunikasi Seni Berkomunikasi Kepada Publik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, Maret 2007) cet  Ke-1

·         Wuwur Hendrikus, Retorika Terampil berpidato, bediskusi, beragumentasi, bernegosiasi, (Yogyakarta: Kanisius, 2009) cet Ke-13

·         Munaya P. Khaura Anjali, Pintar Presentasi, (Yogyakarta: Diva Press, Mei 2008) cet Ke-4

·         Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern Pendekaatan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)

 

0 komentar:

Posting Komentar

comdev

comdev
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 KOMPILASI MAKALAH PMI UIN JAKARTA All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes