Selamat Datang Di Komunitas Pengembang Masyarakat Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

"PROBLEM-PROBLEM URGEN DI CITAYEM PANCORAN MAS

KOTA DEPOK JAWA BARAT"

Oleh: Nur Fikriansyah

BAB I

LATAR BELAKANG

Di Indonesia, kota tidak semata-mata secara fungsional, namun juga secara administratif. kota sebagai pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. Dari sini maka kota memiliki dua pengertian yakni

Kota dalam pengertian umum adalah suatu daerah terbangun yang didominasi jenis-jenis penggunaan tanah nonpertanian dengan jumlah penduduk dan intensitas penggunaan ruang yang cukup tinggi. Dibandingkan pedesaan, hal itu lebih tinggi. Dalam wilayah kota terjadi pemakaian modal yang besar, jumlah orang yang terlibat lebih banyak, nilai tambah penggunaan ruang yang dihasilkan bertambah, dan keterkaitan dengan penggunaan tanah lain lebih erat. Oleh karena penggunaan tanahnya yang lebih maka kota senantiasa menjadi pusat aktivitas bagi daerah sekitarnya. Intensitas penggunaan tanah yang lebih tinggi ditunjukkan oleh ukuran setiap unit penggunaan tanah yang umumnya lebih kecil daripada tanah di pedesaan, misalnya rumah, toko, pasar, dan kantor luasnya relatif kecil dibandingkan dengan sawah, kebun, hutan, bahkan halaman rumah. Disamping itu, penggunaan intensitas tanah yang tinggi di perkotaan juga telah berkembang ke penggunaan ruang ke vertikal dengan bangunan bertingkat. Bahkan kota secara umum merupakan permukiman yang berpenduduk relatif besar, luas, areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan penduduk relatif tinggi, tempat sekelompok orang dalam jumlah tertentu dan bertempat tinggal dalam wilayah geografis tertentu, cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan individualis.

            Kota dalam pengertian administrasi pemerintahan diartikan secara khusus yaitu bentuk pemerintahan daerah yang mayoritas wilayahnya merupakan daerah perkotaan. Wilayah kota secara administratif tidak selalu semua berupa daerah terbangun perkotaan (urban), tetapi umumnya juga masih mempunyai bagian wilayah yang berciri pedesaan (rural). Wilayah administrattid pemerintahan kota dikelola oleh pemerintah kota (Pemkot) yang relatiff otonom dan kedudukannya sejajar dengan pemerintah kabupaten (Pemkab). Namun demikian, perlu dicermati bahwa tidak semua kota dalam arti fisik merupakan unit pemerintahan otonom.

 Namun Demikian, Pemkot dalam melaksanakan manajemen kota perlu koordinasi atau kerjasama dengan wilayah sekitarnya. Koordinasi atau kerjasama ini bukan hanya karena masalah fungsi internal kota, tetapi juga kota mempunyai fungsi ekternal yaitu fungsi layanan ke wilayah sekitarnya (hinterland).

Ada bebeberapa masalah-masalah yang paling mendesak di citayem pancoran mas kota depok jawa barat, yang mana hal tersebut menjadi masalah-masalah yang paling serius bagi warga citayem dan pemenrintah daerahh dan kota setempat diantaranya adalah sampah, gadget, pengemis, kriminalitas, dan urbanisasi.  

Kalau kita menelik dari beberapa permasalahan yang terjadi di citayem pancoran masa kota depok, menurut peneliti sebetulnya tidak jauh beda dengan beberapa permasalahan perkotaan yang terjasi di kota-kota besar lain yang ada di Indonesia.  Karena hal ini terbukti ketika penelitian ini berlangsung masayarakat setempat  selalu mengeluh dengan adanya peraturan-peraturan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyar malah sebailknya mereka menindasnya.

Ada beberapa masalah yang paling inti dan bisa dikatan mendesak agar segera ditanggulangi bukan hanya janji tepi bukti seperti: sampah, gatget, urbaniasi, kriminalitas, dan pengemis yang harus segera dicarikan jalan keluar bagi pemerintah daerah dan kota setempat. Oleh sebab itu peneliti berharap bagi para stake holder jangan hanya bisa memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan tetapi, manfaat kesempatan untuk perubahan, pembangunan, kelurahan citayem pancoran mas kota depok.

 

BAB II

METODE PENELITIAN

Secara umum penelitian ini akan didasarkan pada prinsip-prinsip deskriptif, yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah data. Dengan menggunakan metode inipenulis berharap dapat memperoleh kesimpulan berdasarkan pengolahan dan analisis data yang kemudian diangkat beberapa aplikasi yang bermakna.[1]

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan metode kualitatif. Yang mana penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataus lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.[2] Selain itu peneliti juga menggunakan observasi terfokus "hanya mencatat temuan yang sesuai dengan varibel"[3] yang dipaduka dengan mengunakan teknik rekaman dan steno (menulis intinya secara singkat) yang peneliti lakukan pada saat penelitian ini dilakukan.

  

BAB III

KERANGKA TEORI

Dalam menganalisa data-data temuan yang peneliti dapatkan dari lapangan pada permasalah ini, peneliti menggunakan paradigma atau dari sudut pandang pendekatan teori konflik karena hal ini peneliti merasa paradigma konflik ini sangatlah relevan dalam menganalis permasalahan pada tema-tema penelitian ini.

            Georg Simmel (1858–1918), sosiolog fungsionalis Jerman menunjukkan bahwa konflik merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang mendasar; berkaitan dengan sikap bekerja sama dalam masyarakat. Dalam hal ini Simmel mungkin salah seorang sosiolog pertama yang berusaha keras untuk mengkonstruksi sistem formal dalam sosiologi yang diabstraksikan dari sejarah dan detil pengalaman manusia. Analisisnya tentang efek ekonomi uang dalam perilaku manusia merupakan salah satu pekerjaannya yang penting.

            Dengan demikian, seperti kita tahu bahwa teori konflik adalah teori yang secara mendasar menjelasakan suatu hal yang berbeda  atau keinginan yang berbeda akan mendatangkan suatu baik itu berskala besar maupun berskala kecil yang mempuyai dampak-dampak tertentu (positif dan negatif). Seperti yang dikemkakan lewis coser bahwa konflik tidak selalu mendatangkan dampak negative tetapi juga mendatangkan dampak positif bagi masyarakat itu sendiri.

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

1.      SAMPAH

Seperti kita ketahui bahwa sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya.[4] Yang bisa merusak tatanan dan pemandangan kota. Seperti yang terjadi di Citayem Pancoran Mas Kota Depok, hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah setempat dan menjadi masalah yang cukup serius di kelurahan trsebut. Bahwasanya masyarakat disana merasa geram dengan adanya perluasan. yang dalam perluasan tersebut mereka melakukan konspirasi dengan para orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan hal tersebut.

Ada beberapa factor yang saya dapatkan menganpa tempat pembuangan sampah diperluas walaupun hal tersebut ditentang oleh masyarkat setempat:

1)      Penyebab-Penyebab Perluasan Pembuangan Sampah

a.       Ada organisasi yang memanfaatkan sebagai lahan dari situasi tersebut sehingga masyarakat setempat merasa geram dan malakukan demontrtasi ke wali kota.

b.      Penegak hukumnya dan pemerintah setempat tidak tegas dalam menyelesaikan permasalahan sampah, sehingga di manfaatkan oleh pihak luar sebagai tempat pembuangan sampah baru.

c.        Debit samapahnya semakin tidak banyak dan tidak terkendali karena ada dari kota lain yang memanfaatkan tempat pembuangan sampah di Citayem Pancoran Mas Kota Depok.

2)      Dampak-Dampak Pelebaran Pembuangan Sampah

a.       Menjadikan semakin tidak sehatnya lingkungan tersebut.

b.      Mengambil hak-hak warga setempat yang seharusnya mereka miliki dan dimanfaatkan dengan baik.

c.       Menggusur penduduk asli karena kebijakan perluasan tempat sampah ini. 

Dari beberapa fenomena ini, sangatlah jelas bahwa perluasan pembuangan sampah adalah sebuah unsur politik yang memang disengaja dilakukan karena ada beberapa pihak yang berkepentingan, yang bisa mengakibatkan kerugian besar bagi para penduduk setempat, hal ini juka tidak ada respon dari pemerintah kota depok yang selalu diaspirasikan oleh masyarakat citayem mereka akan terpinggirkan dan tidak bisa menempati tempat mereka karena mereka akan tergusur dengan adanya proyek perluasan pembuangan sampah ini. 


2.      GADGET

alat atau perkakas atau juga bisa dikatakan alat yang praktis.[5] Dalam menajalanakan aktivitas kehidupan setiap hari, sehingga secara tidak langsung akan membuat orang yang menggunakan gadget ini akan ketergantungan. Dari penelitian ini dikukan 95% orang kota menggunakan gatget dalam kehidupan sehari-harinya dan 5% nya itu adalah orang yang tidak bisa dan memanfaatkan alat praktis ini karena ada unsur cacat atau mengalami kekurangan dari mereka itu sendiri.

1)      Faktor-Faktor Ketergantungan Terhadap Gadget

a.       Lingkungan, karena dari mulai sejak lahir  mereka sudah diprkenalkan dengan alat praktis ini, sehingga dari mulai mau tidur dan bangun tiduk mereka selalu berhubungan menggunakan gatget ini sehingga akibatnya mereka mengalami ketergantungan pada alat canggih ini.

b.      Menjadi kebutuhan primer, karena dengan gadget ini mereka lebih mudah dalam melakukan sebuah komunikasi.

c.       Sebagai alat untuk mencari nafkah di dunia maya agar bisa memenuhi kebuthan setiap harinya.

2)      Dampak-Dampak Gatget

a.      Positif

·         Menjadi alat silaturrahmi dalam keadaan yang jauh.

·         Menperluas wawasan kita secara mengglobal.

·         Mempermudah dalam melakukan transaksi bagi orang-orang busnismane.

b.      Negatif

·         Kriminalitas semakin mudah.

·         Kenakalan remaja dari usia dini hingga remaja semakin parah.

·         Adanya situs-situs porno yang bisa menghancurkan akhlak pemuda-pemuda bangsa.

·         Wester nisasi

·         Penjajajahn budaya lokal.

Kalau kita mengaca pada teori konflik yang yang dikemukana oleh sosiolog fungsionalis Jerman menjelaskan bahwa teori konflik dengan menunjukkan bahwa konflik merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang mendasar; berkaitan dengan sikap bekerja sama dalam masyarakat. Pada permasalahan tema ini sebetulnya kalau kita mengaca pada buku sosiologi komunikasi bahwa media itu mempunyai dua efek pertama: adalah efek terencana bisa terjadi dalam waktu yang lama. Efek media massa yang dapat direncanakan dan terjadi dalam waktu yang cepat yaitu seperti propaganda, respon individu, kampanye media, news learning, pembingkaian berita, dan agenda setting.[6]  Kedua:  efek media massa yang terjadi tak terencana dapat berlansung dalam dua tipelogi, yaitu terjadi dalam waktu cepat dan terjadi dalam waktu yang lama.[7] Kalau melihat pada efek media ini, berarti sangatlah jelas sekali bahwa gatget mempunyai fungsi negtaif dan positif dalam kehidupan masyarakat seperti yang terjadi di Citayem Pancoran Mas Kota Depok fungi-funsi tersenut telah peneliti sajikan pada damapak-dampak gatget baik itu yang berupa positif dan negatif.

 

3.      PENGEMIS

Ada beberapa poin yang peneliti temukan ketika penelitian ini dilaksanan, diantaranya itu adalah:

1)      Faktor-Faktor Pengemis

a.       Keadaan (tuntunan) kebutuhan.

b.      Malas bekerja (merasa nyaman dangan profesi menjadi seorang pengemis)

c.       Dha'if (Lemah baik secara mental dan fisik)

d.      Tidak mempunyai keterampilan khsusus atau keahlian untuk mencari pekerjaan yang lebih layak.

2)      Penanggulangan Pengemis

a.       Mengadakan pemerdayaan masyarakat lokal setempat.

b.      Memberikan pendidikan gratis yang berorientasi pada kreativitas mereka.

Pengemis tidak selalu kita identic mereka salah melakukan hal tersebut, atau juga kita sering mendiskreditkan mereka bahwa mereka menjadi seorang pengemis tidak boleh kita katakana mereda memanfaatkan kelemahan mereka sebagai kesempatan untuk meraup ratusan ribu bahkan jutaan rupuah. Tetapi kalau peneliti analisis seperti yang terjadi di citayem mereka bukan menginkan hal itu terjadi atau mejadi profesi mereka, tetapi kareka mereka adalah sebagai korban dari kebijakan pemerintah kota  yang tidak mendengarkan aspirasi masyakatnya karena mempunyai kepentingan pribadi yang diutamakan bukan mengutamaka kepentingan rakyat, melainkan malah asyik dengan kepentingannya sendiri sehingga mengakibatkan  terjadinya kesenjangan dan ketimpangan bagi masyarkat kecil menengah kebawah.

Maka dari itu, pengemis terjadi karena mempunyai suatu kepentingan yang berbeda sehingga merugikan rakyat kecil kaena tidak bisa melawan terhadap mereka.

  

4.      KRIMINALITAS

Dalam kamus besar bahasa Indonesia kriminalitas adalah hal-hal yg bersifat criminal, perbuatan yang melanggar hukum pidana, dan kejahatan.

Kalau kita melihat realitas dilapangan bahwa kriminalitas mempunyai dampak-dampak tertentu yang bisa mengakibatkan

1)      FAKTOR-FAKTOR KRIMINALITAS

a.     Karena ada kesempatan.

b.    Keterdesakan ekonomi.

c.     Lingkungan.

d.    Kesadaran sosial

2)      Dampak-Dampak Kriminalitas

a.     Merugikan orang lain dan diri sendiri.

b.    Membuat keresahan ditengah masyarakat.

c.     Menjadi sampah masyarakat.

Kriminalitas adalah selalu menjadi permasalahan yang tidak pernah selesai diperbincangkan, begitupun juga dengan yang terjadi di Citayem lagi yang merupakan dampak dari adanya tujuan dan keinginan yang berbedda antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Sehingga orang yang mempunya hasrat untuk selalu memenuhi kebutuhannya mereka yang tidak sanggup bersaing dengan dengan yang lain melakukan jalan pintas. Karena hal inilah yang membuat menjadi jalan satu-satunya untuk mencapai semua hasrat dan keinginan mereka itu.

Disinilah letak permasalahan utama dari tema ini, yakni karena mereka mempunyai kepentingan dan tujuan-tujan yang berbeda dengan yang lain walaupun jalan mereka ini bia merugikan mereka dan orang yang menjadi korban dari kriminalitas tersebut.

 

5.      URBANISASI

Ketika penelitian ini dialkukan Ada beberapa hal yang menyababkan masyarakt desa pindah ke kota, baik itu yang bersifat indogen (faktor dari dari dalam manusia itu sendiri mengapa melakukan hal tersebut) dan eksdogen (faktor dari luar manusia itu sendiri mengapa dia melakukan hal tersebut) untuk lebih jelasnya mengenai dua factor ini akan peneliti uraikan secara detail:

1)      Faktor Indogen

a.       Melihat kemewahan di kota.

b.      Mengadu nasip.

c.       ingin hidup enak.

2)      Faktor Ekdogen

a.       Di iming-imingi oleh pekerjaan yang menggiurkan di kota.

b.      Tekanan ekonomi.

c.       Gengsi atau iri pada masyarakat yang lebih kaya ditempatnya.

                 Pada hakikatnya kalau kita mengaca pada teori konflik bahwa seseorang pindah dari desa ke kota karena beberapa alas an diatas sepeti yang termaktup dam pembahasan faktor-faktor urbaniasi. Mereka pindak ke kota karena ada keinginan yang ingin di wujudkan bahwkan agar mengangkat strata dia di kelompok  kelompok sebelumya karena dia yakin bahwa dengan pindah ke kota dia bisa lebih hidup layak. Dan kalau kita analisis dengan menggunakan teori konflik ini bahwa dia juga menjadi korban disentralisasi pemerintah. Walaupun dari beberapa tahun yang lalu ada yang namanya istilah otomi daerah. Tapi kenyataannya bahwa otomi daerah tidak terlalu masksimal bagi orang-orang desa karena hal ini dibuktikan dengan tingginya angka urbanisasi di citayem pancoran mas kota depok yang semakin tahun semangkin meningkat.

                 Oleh sebab itu, manusia yang mempunyai kepentingan berbeda dengan masyarakat lainnya seperti yang terjasi pada urbanisasi inni akan mendatangkan konflik baru terutama bagi msyarakat asli setempat yang dijakan dia untuk pindah. Baik itu konflik berskal kecil atau konflik yang berskala besar.

 

BAB V

PENUTUP

Problem atau persoalan seperti sampah, pengemis, gatget, kriminalitas, dan urbaniasi adalah merupakan hal yang selalu terjadi di kelurahan citayem pencoran mas kota depo dan menjadi permasalahan-permasalah turun temurun bagi masyarakat disana.

            Hal ini terbukti ketika penelitian ini dilakukan bahwa dari lima masalah yang saya uraikan dan merupak hal yang di akibatkan oleh keinginan atau tujuan masyarakat yang berbeda sehingga mengakibatkan konflik baik itu yang berskal besar dan berskal kecil. Tapi jangan di anggap remeh mengennai masalah-masalah ini Karena  kalau kita beranggapan seperti itu, bisa-bisa hal tersebut menjadi boomerang atau penganjal bagi kelurahan citayem pancoran masa kota depok yang berakibatkan penduduk asli akan terpinggirkan dengan beberapa problem ini.


[1] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung, CV. Alfabeta, 2006.

[2]Syamsir Salam, Jaenal Arifin, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta, UIN Jakarta Press, 2006, hal_30

[3] Nurul Hidayati, Metode Penelitian Dakwah.

[4] Kamus Besar Bahasa Indonesia.

[5] Kamus 2.0 is an English-Indonesian Dictionary and vice versa. Copyrighted ©2006-2007 by Ebta Setiawan. All rights reserved

 

[6] Prof. Dr. H.M Burhan Bungin, S.Sos. M.Si, sosiologi komunikasi. Jakarta, Prenada Media Group, 2008, hal_323

[7] ibid. hal_324.

0 komentar:

Posting Komentar

comdev

comdev
Write here, about you and your blog.
 
Copyright 2009 KOMPILASI MAKALAH PMI UIN JAKARTA All rights reserved.
Free Blogger Templates by DeluxeTemplates.net
Wordpress Theme by EZwpthemes